Senin 03 May 2021 03:55 WIB

Komunitas Muslim di Minnepolis dan Ketegangan Rasial

Minneolis sempat diguncang ketegangan rasial.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Agung Sasongko
Muslim Amerika (Ilustrasi)
Foto:

Waktu untuk Merenung

Pada 11 April ketika Muslim di seluruh Minneapolis bersiap untuk memasuki bulan suci Ramadhan, kota itu diguncang oleh pembunuhan polisi lainnya. Daunte Wright, pria kulit hitam berusia 20 tahun ditembak secara fatal oleh seorang petugas polisi. Kejadian tersebut memicu lebih banyak protes.

Bagi Ruhel Islam yang restorannya dibakar dalam protes musim panas lalu setelah kematian Floyd, 11 bulan ini merupakan bulan yang sulit. “Sangat traumatis saat kami harus melihat semua masalah ini. Protes, kerusuhan, pembakaran, dan orang-orang yang tidak mendapatkan keadilan,” kata Islam.

Warga Amerika keturunan Bangladesh itu menjadi viral tahun lalu ketika putrinya menulis unggahan Facebook yang menceritakan bagaimana dia mendengar ayahnya berkata melalui telepon, “Biarkan gedung saya terbakar. Keadilan perlu dilayani.”

Meski begitu, Islam telah membuka restoran sementara di dekatnya. Dia masih merasa protes lebih penting daripada restorannya. Islam yang tumbuh di bawah kediktatoran militer di Bangladesh mengatakan dia bertekad untuk terus mendukung pengunjuk rasa dan perjuangan dalam menegakkan keadilan rasial.

Sebelum berbuka puasa, Islam berjalan melalui restoran sementara miliknya. Dia berhenti di dekat pintu keluar. Ada tiga bingkai besar berisi surat penghargaan atas dukungannya terhadap protes digantung. Melihat surat-surat itu, dia berkata “George Floyd menyatukan banyak orang. Kematiannya membuka tanggung jawab moral kita. Itu membangunkan kami.” 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement