Ahad 25 Apr 2021 15:30 WIB

Meluruskan Makna Zuhud

Mereka mengidentikkan zuhud dengan tampilan kumal dan keterbelakangan.

Meluruskan Makna Zuhud
Foto:

Suatu ketika, Zaid bin Tsabit pernah mendengar Rasulullah SAW berkata, “Siapa pun yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan siapa pun yang (menjadikan) akhirat niat (utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya).” HR. Ibnu Majah.

Zuhud adalah perbuatan hati, sehingga yang bisa menilai hanya Allah. Itu sebabnya, siapa pun tidak bisa menilai status seseorang itu zuhud atau tidak zuhud, hanya semata dengan melihat tampilan luar.

Kepemilikan harta benda bukan standar kezuhudan seseorang. Seseorang bisa menjadi zuhud, kendati Allah memberikan banyak kekayaan kepadanya.

Para ulama sufi menyatakan, banyak orang kaya raya yang memiliki sifat zuhud dan banyak orang miskin yang mempunyai sikap rakus. Orang kaya yang tidak memasukkan kekayaan di dalam hatinya adalah orang yang zuhud. Sebaliknya, orang miskin yang hatinya selalu mendambakan harta kekayaan adalah orang yang jauh dari zuhud.

Jadi sebetulnya tidak ada alasan bagi sebagian kalangan yang menuduh Islam sebagai biang kemunduran karena ajaran zuhudnya. Mereka mengatakan demikian lantaran ketidakpahaman mereka akan hakikat zuhud. Zuhud merupakan amalan hati yang tidak bisa dilihat dari permukaan. Maka, siapa pun tidak berhak berprasangka buruk kepada orang lain karena tidak pernah tahu isi hatinya.

 

https://suaramuhammadiyah.id/2021/04/21/meluruskan-makna-zuhud/

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement