Memang saat Amerika berhasil menggulung rezim Taliban pada masa awal, tepatnya setelah peristiwa robohnya menara kembar di New York --dan makin sempurna dengan tewasnya Usamah Bin Ladin-- mereka tampak akan bisa menguasai Afghanistan semudah membalik tangan. Ideologi liberal pun berhasil menguasai kota-kota di sana. Ideologi Islamis ala Mujahidin dan Taliban yang disebut sebagai terpengaruh ide Wahabi berhasil digerusnya.
Tapi, saat ini semua tak terbukti ampuh. Apalagi, nilai-nilai ultrakonservatif Taliban sampai hari ini di sana tidak terlalu berbenturan dengan nilai-nilai di daerah pedesaan. Ide mereka tetap eksis. Alhasil, situasi Afghanistan mirip kisah revolusi rakyat di China pimpinan Mai Tse Tung, di mana desa telah mengepung kota.
Dan, memang banyak di kota-kota yang kini dalam pengaruh Amerika, khawatir kelompok itu ingin menghidupkan kembali cara pemahaman keagamaan yang meremehkan kebebasan. Mereka takut itu akan kembali terjadi bila pasukan sekutu tergusur dari Afghanistan.
Keterangan foto: Sosok pasukan Taliban pada awal dekade 1990-an.
Dan, Taliban sendiri tidak melihat diri mereka sebagai kelompok pemberontak, tetapi sebagai pemerintah yang sedang menunggu. Mereka menyebut diri mereka sebagai "Imarah Islam Afghanistan". Nama yang mereka gunakan ketika berkuasa dari 1996 hingga digulingkan setelah serangan 9/11 itu.
Sekarang Taliban memiliki struktur bayangan yang canggih, dengan pejabat yang bertugas mengawasi layanan sehari-hari di wilayah yang dikendalikan.
"Taliban sebelumnya dan Taliban sekarang adalah sama. Jadi, membandingkan waktu itu dan sekarang tidak ada yang berubah. Namun, tentu saja ada pergantian personel. Beberapa orang lebih keras dan beberapa lebih tenang. Itu normal," kata wali kota bayangan Taliban di Dstrik Balkh, Haji Hekmat.
Para milisi menegaskan otoritas mereka di pedesaan dengan melalui pos pemeriksaan sporadis di sepanjang jalan utama. Taliban pun percaya kemenangan adalah milik mereka. "Kita telah memenangkan perang dan Amerika telah kalah," ujar Haji Hekmat.
Tapi, selama setahun terakhir, terlihat kontradiksi dalam pelawan Taliban. Mereka menghentikan serangan terhadap pasukan internasional setelah penandatanganan perjanjian dengan AS, tetapi terus berperang dengan Pemerintah Afghanistan.
Haji Hekmat menegaskan tidak ada kontradiksi. "Kami menginginkan pemerintahan Islam yang diatur oleh syariah. Kami akan melanjutkan jihad kami sampai mereka menerima tuntutan kami," ujarnya.
Seperti diketahui pemerintahan AS di bawah Joe Biden akan memulai menarik sisa pasukan AS di Afghanistan pada 1 Mei. Paling lambat pasukan sudah keluar pada 11 September 2021.