Begitu tiba memasuki Masjid Biru, Aisha menemukan informasi tentang Islam, salah satunya soal zikir dan shalat. Namun, Aisha mengaku tak tahu apa artinya. "Dan aku bahkan tidak tahu bagaimana mengucapkannya," kenang dia.
Di dalam masjid, Aisha melihat umat Islam melaksanaan shalat. Ia pun terpesona dengan keindahan dan kedamaian di dalam masjid. "Tidak ada yang meneriaki saya, tidak ada yang bersikap jahat kepada saya, saya sangat terkejut, "katanya.
Usai dari masjid, Aisha mencari salinan Alquran. "Dan saya berpikir sendiri mungkin saya akan memilih satu dan membaca," katanya.
Sekembalinya dari Inggris, Aisha mengaku terus membaca Alquran. "Butuh waktu beberapa bulan, dan selama waktu itu saya melakukan banyak studi tentang Islam, serta menonton banyak ceramah. Dan setelah beberapa bulan, saya bersyahadat, alhamdulillah,"ungkapnya.
Menjadi mualaf diakui Aisha bakal mengubah hidupnya. Keluarganya pun bertanya-tanya soal keputusannya itu. Bahkan ibunya mencari informasi tentang Islam dan Muslim.
"Itu memaksa saya untuk belajar lebih banyak untuk membuatnya memahami keindahan, kedamaian, segala sesuatu di balik Islam," katanya.
Rosalie menggarisbawahi bahwa menurutnya karakter pribadi adalah bentuk dakwah terbaik. Misalnya, kata dia, menghormati orangtua meski berbeda keyakinan.
"Kami punya orang tua. Kami harus menjaga mereka, kami harus bersikap baik dengan mereka," kata dia.