REPUBLIKA.CO.ID,DUBAI -- Pemerintah Dubai melarang warganya untuk menggelar pertemuan besar selama Ramadhan. Kebijakan ini sebagai upaya untuk mecegah penyebaran Covid-19 yang lebih massif di kota terpadat di Uni Emirat Arab (UEA) tersebut.
Dikutip dari Arabnews Jum'at (19/3), Komite Tertinggi Krisis dan Manajemen Bencana Dubai juga mengimbau masyarakat untuk menghindari orang tua dan orang yang memiliki penyakit kronis. Karena, mereka lebih rentan terpapar Covid-19.
Selain itu, Dubai juga melarang pendirian tenda donasi selama Ramadhan. Panitia juga menambahkan bahwa shalat tarawih hanya dapat dilakukan di masjid dengan syarat tindakan pencegahan diterapkan.
"Shalat Tarawih hanya bisa diadakan maksimal 30 menit," kata laporan kantor berita UEA, yaitu WAM.
"Shalat Qiyamul Lail yang dilakukan selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan akan diumumkan kemudian berdasarkan evaluasi terkini dari situasi tersebut," tambahnya.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan UEA belum memutuskan metode pembelajaran untuk tahun ajaran berikutnya. Karena, hal itu tergantung pada situasi kesehatan di negara tersebut.
Kementerian Pendidikan UEA menambahkan bahwa keputusan akan dibuat untuk kepentingan siswa dan staf pendidikan. UEA juga meninjau model pembelajaran Hybrid, yaitu metode pembelajaran campuran antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran secara daring.
Terhitung sejak Kamis (18/3) kemarin, UEA mencatat setidaknya sudah ada 2.101 orang yang terinfeksi Covid-19 jenis baru, 2.628 pemulihan, dan 10 meninggal dunia. Sedangkan jumlah total kasus Covid-19 yang dikonfirmasi telah mencapai 434.465, dengan 416.105 pemulihan dan 1.424 kematian.