REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Zubaidi menyampaikan, Isra Mi'raj memiliki makna yang sangat tinggi bagi umat Islam. Karena melalui Isra Mi’raj, Allah SWT sebenarnya sedang mengingatkan beberapa hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Ia menjelaskan, Allah SWT memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW saat itu diperjalankan dari Masjidil Haram di Makah ke Baitul Maqdis di Palestina. Kemudian Rasulullah SAW naik ke Shidratul Muntaha dalam waktu satu malam.
"Tanpa kekuasaan Allah SWT, hal ini tidak mungkin terjadi karena saat itu belum ada teknologi pesawat terbang atau kendaraan berkecepatan tinggi lainnya," kata Kiai Zubaidi kepada Republika, Kamis (11/3).
Ia menerangkan, Allah SWT mengawali firman-Nya dalam Surah Al-Isra ayat satu, dengan kata 'subhaana' yang artinya maha suci. Subhaana merupakan ucapan pemujaan terhadap kemahaan Allah SWT yang tiada bandingnya dalam berbagai sifat dan perbuatan-Nya.
"Subhana adalah tanzih (pensucian) dari kekurangan dan ketidak-berdayaan melakukan sesuatu, bahkan di dalam Alquran kata subhana dipakai ketika menyebutkan sesuatu yang mempesona, ajaib luar biasa dan perbuatan itu tidak mungkin dikerjakan oleh siapapun kecuali hanya oleh Allah SWT," ujarnya.
Kiai Zubaidi menerangkan, Isra Mi'raj juga pembelajaran kepada masa lalu dan mengantisipasi masa depan. Pembelajaran kepada masa lalu itu tergambar pada pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi-nabi terdahulu dan mereka memberikan nasihat kepada Rasulullah SAW.
Ia menjelaskan, artinya masa lalu penting untuk diperhatikan. Agar hal-hal buruk yang terjadi di masa lalu tidak terjadi lagi di masa kini dan masa yang akan datang. Adapun pembelajaran pada masa depan, tergambar saat Rasulullah SAW memasuki lorong waktu masa depan.
"(Pembelajaran di masa depan) Rasulullah SAW menyaksikan surga dan neraka dan diberi tahu sebab-sebab mereka dimasukkan ke dalam surga dan neraka," jelasnya.
Makna Isra Mi'raj dalam aspek spiritualitas, Kiai Zubaidi menjelaskan, manusia harus selalu terkoneksi dengan Allah SWT. Dalam hal ini tergambarkan dalam perintah sholat lima waktu. Melalui sholat, konektivitas manusia dengan Allah SWT terus tersambung. Sehingga perbuatan manusia akan terkendali dan tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaimana firman Allah yang artinya sesungguhnya sholat mencegah perbuatan yang keji dan mungkar.
Manusia yang selalu berbuat maksiat pada dasarnya terputus hubungannya dengan Allah SWT. Sehingga manusia itu tidak merasa berdosa saat melakukan kemaksiatan dan tidak takut siksa yang akan diberikan kepadanya di hari akhirat kelak.
"Dengan demikian, Isra Mi’raj ini paling tidak mengajarkan kepada kita semua untuk mencapai sukses dalam mengarungi kehidupan dunia dan selamat di akhirat kelak," kata Kiai Zubaidi.
Ia mengatakan, hikmah Isra Mi’raj pertama yakin akan kekuasaan Allah yang tiada bandignya, maka hanya kepada Allah manusia mengembalikan semua urusannya. Hikmah Isra Mi’raj kedua, belajar kepada masa lalu dan mengantisipasi masa depan. Hikmah ketiga, senantiasa terkoneksi dengan Sang Pencipta yang diwujudkan dengan sholat dan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.