Hal yang sama juga terjadi pada pemahaman sebutan Wahabi. Aliran pemikiran ini berkembang dengan kembali mengacu pada hal atau ajaran yang puritan atau ortodoks. Dan juga tak hanya Islam, dalam Yahudi dan Kristen juga ada pemikiran yang sejenis.
"Cuma, kesannya, hari ini hanya Islam saja yang pantas disebut punya pemikiran ortodoks atau bergaya ala Wahabi tersebut. Lagi-lagi, sikap tidak paham ini muncul gara-gara isu radikalimes Islam yang oleh negara barat selalu dikaitkan dengan Muslim,'' ungkapnya.
Keterangan foto: Gaya busana Muslim Nusantara di zaman dahulu.
Salah satu contoh yang paling nyata bahwa pemikiran ortodoks atau yang ala Wahabi terjadi di dua buah negara, yakni Arab Saudi dan Israel. Arab Saudi terkait dengan Islam, sedangkan Israel terkait dengan Yahudi.
''Di kedua negara itu, semua bangunan sejarah akan dan berusaha mereka hancurkan. Mereka mencari dan membuat baru identitas agamanya. Bedanya, Arab Saudi tak bisa membuat legitimasi karena Islam tidak punya sarana pemberi legitimasi. Beda dengan Yahudi (dan ini juga Kristen) mereka punya sarana untuk memberikan legitimasi. Nah, ini masalah yang mendasarnya dan jarang orang paham,'' kata Prof Abdul Hadi.