REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu'ti menilai, dari catatan sejarah sosok Soekarno sangat dekat dengan Muhammadiyah. Ia melihat, Soekarno seorang pengembara keagamaan yang menemukan dan mendalami Islam.
Mu'ti menerangkan, Soekarno dilahirkan dari ayah yang beragama Islam dan ibu beragama Hindu. Tapi, komitmennya terhadap Islam begitu tinggi dan sejarah panjang kehidupannya tidak menunjukkan kalau sosoknya anti terhadap Islam.
Pemikirannya tentang Islam mengacu kepada KH Ahmad Dahlan, yang merupakan pendiri Muhammadiyah. Kiai Dahlan dikenal sosok yang menjelaskan Islam secara rasional dan ilmiah, terbuka dan positif terhadap ilmu pengetahuan.
Hal inilah yang menjadikan Muhammadiyah dan Soekarno memiliki ketertarikan sama. Karenanya, dari Soekarno bisa diambil pelajaran mengenai keseimbangan antara keislaman dan nasionalisme, yang mana kini menjadi semakin penting.
"Kita bisa belajar dari Soekarno yang mencerminkan keseimbangan nasionalisme dan religius baik pemikiran dan tindakan. Itu yang sedang kita butuhkan kini ," kata Mu'ti dalam bedah buku Soekarno dan Islam: Dialog Pemikiran Modernisme Islam di Indonesia," Rabu (20/1).
Penulis Soekarno dan Islam: Dialog Pemikiran Modernisme Islam di Indonesia, Muhammad Ridwan Lubis, mencoba menerangkan Soekarno sebagai pemikir Islam lewat tiga sisi. Mulai dari pribadinya, pemikirannya dan sisi politisnya.
Sumber pemikiran Soekarno dari demokrasi barat dan pemikiran Islamnya dari Timur Tengah, India dan sejarah eksploitasi bangsa Indonesia. Meski begitu,
Soekarno mengemukakan pandangan yang dianggap kontroversial pada masanya.
Di tengah-tengah alur pemikiran mu'tamad, tekstual, tradisional yang cenderung menatap masa lalu, Soekarno mengemukakan pemikiran rasional, filosofis, spekulatif menatap masa depan (deconfessionalized of muslim).
Dari orientasi pemikiran Islam bergeser dari simbolistik formee verklarin kepada substansi menuju Islam gerakan. Fokus perhatian fase kemajuan Islam (abad 7-13) dan kebangkitan Islam (abad 18-20) jadi orientasi pemikirannya.
"Lebih tertuju optimisme kebangkitan Islam, sebagai sumbangsih untuk kemerdekaan bangsa dari penjajahan," ujar Ridwan.