Komunitas Muslim mengatur bingkisan berisi cokelat, permen, dan surat ucapan terima kasih kepada pekerja garis depan. Dan sebagai dokter perawatan intensif, Ali tahu persis tekanan seperti apa yang dialami pekerja di garis depan saat tingkat infeksi meningkat.
“Selama gelombang pertama, ada banyak apresiasi kepada pekerja garis depan. Ada tepuk tangan dan hadiah,” tambahnya.
Namun demikian, dia menilai berbeda halnya dengan yang terjadi di gelombang kedua. Menurutnya, orang mungkin akan menerima begitu saja dan ini sebenarnya jauh lebih sulit daripada gelombang pertama sehingga mereka membutuhkan semua penghargaan ini untuk dilanjutkan.
“Ada lebih banyak tekanan saat ini. Kami lebih siap dan terlatih daripada selama gelombang pertama. Tapi tekanan dari gelombang kedua tumbuh lebih cepat dari gelombang pertama,” ungkapnya.
Momentum ini bukan pertama kalinya Masjid Canterbury merawat orang-orang di tengah pandemi. Selama gelombang pertama tahun lalu misalnya, komunitas Muslim ini memberikan 30 paket panti jompo dan menyumbangkan uang tunai untuk badan amal setempat.
Anggota Masjid Canterbury, Ossie Altun, yang juga mengelola kedai ikan di seluruh wilayah, menyumbangkan 2.000 makanan kepada para pekerja kunci awal tahun lalu.