Senin 04 Jan 2021 10:56 WIB

Lanjutan Serial: Memahami Pan Islamisme dan Khilafah

Memahami sejarah Pan Islamisme dan Khilafah

Para orang kaya di zaman Ottoman (ilustrasi)
Foto:

Salah seorang pemikir ‘Uṡmānī yang turut membahas masalah legitimasi kepemimpinan dinasti ‘Uṡmāniyyah ini adalah Lüṭfi Paşa (w. 1563).

Lüṭfi Paşa yang juga merupakan Sadr-ı Azam (wazir agung) sekaligus menantu dari Sultan Süleyman I ini menulis sebuah risalah berjudul Khalāṣ al-Ummah fi Ma’rifah al-A’immah.

Penulisan risalah ini ditujukan “untuk mencegah syubhat dan membersihkan keraguan” atas keabsahan kekuasaan Khilāfah ‘Uṡmāniyyah yang bukan dari trah Quraisy.

Dengan merujuk kepada kitab-kitab bermazhab Ḥanafī,  Lüṭfi Paşa menyebut dua syarat seseorang layak disebut sebagai penguasa: adanya pembaiatan (al-mubāya’ah) dan diterapkannya hukum Islam (yunfiż ḥukmahu). Tidak disebutkan dalam kitab-kitab rujukan Lüṭfi Paşa bahwa seorang penguasa haruslah dari Quraisy (wa lam yużkar aḥadun min aṣḥāb al-kutub al-mażkūrah fī kutubihim an yakūna al-sulṭān min Quraisy).

Senada dengan Ibn Khaldūn, Lüṭfi Paşa juga menyebut bahwa syarat pemimpin harus Quraisy tidaklah relevan di zamannya. Melihat kondisi para khalīfah ‘Abbāsiyyah yang berada di bawah lindungan Mamlūk di Mesir, maka Lüṭfi Paşa menilai kepemimpinan mereka bermasalah (fa ba’da al-Khulafā’ al- ‘Abbāsiyyah yakūnu al-amr musykilan).

Tidak hanya ulama-ulama bermazhab Ḥanafī yang mengakui kekuasaan ‘Uṡmāniyyah yang bukan dari Quraisy – di mana mazhab tersebut adalah mazhab yang dianut para penguasa ‘Uṡmāniyyah, ulama-ulama bermazhab Syāfi’ī turut mengakui legitimasi kekuasaan mereka.

Hal ini tercermin dari sikap Yūsuf b. Ismā’īl al-Nabhānī (1849-1932), yang menjadi salah satu pemuka mazhab Syāfi’ī di masa- masa akhir Khilāfah ‘Uṡmāniyyah. Yūsuf al-Nabhānī menulis kitab kecil (kutayb) yang memuat hadis-hadis tentang wajibnya taat kepada kuasa ‘Uṡmāniyyah, berjudul al-Aḥādīṡ al-Arba’ūn fī Wujūb Ṭā’ah Amīr al-Mu’minīn (Empat Puluh Hadis tentang Kewajiban Taat Kepada Pemimpin Kaum Beriman).

Setelah menjelaskan tentang perkara- perkara hadis yang ia cantumkan, Yūsuf al-Nabhānī menyebutkan sederet keutamaan dinasti ‘Uṡmāniyyah dalam pelayanan mereka terhadap Islam dan kaum Muslim.

Ia menyatakan kecintaannya kepada mereka (innī uḥibbu āla ‘Uṡmān) serta menyebut Sultan Abdülḥamit II sebagai “Khalīfah di zaman ini” (khalīfah fī hāżā al-‘aṣr). Tidak hanya itu, Yūsuf al-Nabhānī bahkan menegaskan bahwa Khilāfah ‘Uṡmāniyyah adalah negara Khilāfah terbaik setelah zaman Sahabat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement