Sejauh ini, Sacraine mengatakan tidak ada bukti ilmiah virus itu menyebar dari kuburan. Tidak ada bukti medis bahkan ilmiah yang mampu mendukung atau mengonfirmasi apa yang dikatakan Pemerintah Sri Lanka.
"Seorang ahli virologi senior di Sri Lanka telah memberikan bukti untuk meniadakan pemahaman semacam itu. Jadi, dipastikan ini tidak ada hubungannya dengan sains dan kesehatan. Ini murni tindakan politik. Hukuman kolektif diberikan kepada komunitas Muslim karena alasan politik, dan ini tidak dapat diterima," kata dia.
Saat ini, MCB telah membentuk sebuah satuan tugas khusus. Sacraine menyebut akan meluncurkan kampanye besar.
MCB telah berhubungan dengan lebih dari 20 negara, kepala negara, serta departemen maupun menteri luar negeri yang berbeda. Dari hasil pertemuan itu, setiap pihak mulai menekan pemerintah Sri Lanka, dan menegaskan apa yang dilakukan itu tidak adil dan ilegal berdasarkan hukum internasional.
Sacraine mengatakan mereka juga berhubungan dengan kantor Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Ia berharap Erdogan dapat membantu menghentikan praktik ini. Kantor Luar Negeri Inggris juga telah menulis surat kepada mitranya di Sri Lanka, menyatakan keprihatinan atas kremasi umat Islam.
Ia mengatakan sejauh ini telah mendapat dukungan dari Afrika Selatan, Botswana, Malawi, Australia, Selandia Baru, Malaysia, dan Indonesia. "Semua negara ini sekarang mendukung kami. Jadi, ini masalah waktu. Akal sehat akan menang dan tindakan itu akan berakhir. Kami tidak ingin preseden berbahaya ini dibuat oleh Sri Lanka," kata dia.
Ke depannya, ia membayangkan jika Sri Lanka lolos karena tindakan dan kebijakan ini, maka akan ada negara lain yang karena alasan politik dan Islamofobia, melakukan tindakan serupa.
"Kita tidak boleh menodai orang meninggal, kita tidak boleh melakukan tindakan penistaan terhadap mereka yang sekarat karena Covid-19," ujarnya.
https://www.aa.com.tr/en/asia-pacific/forced-cremation-of-muslims-in-sri-lanka-unacceptable/2096319