Bedah Buku Prof Aom Karomani ini menghadirkan narasumber Yenny Wahid (putri Gus Dur), Said Aqil Siroj (Ketua PBNU), Prof Dedi Mulyana (Guru Besar Fikom Unpad), Anif Punto Utomo (mantan Redaktur Senior Republika) dan Mohammad Bakir (Wapemred Kompas), Dahlan Iskan (Eks CEO Jawa Pos Grup), dan lainnya.
Menurut Yenny, berkuasanya Gus Dur dan pelengserannya dari kursi kepresidenan menjadi kebutuhan sejarah sekaligus beban dan luka sejarah masa kini. Buku Aom Karomani, ujar dia, merepresentasikan kegelisahan atas beban sejarah kebangsaa itu sekaligus mencoba mencari pemecahan akan persoalan secara akademis.
"Beban sejarah pelengseran Gus Dur bisa dilihat, pertama, pengabaian prinsip negara hukum, tuduhan terlibat Bulog Gate dan Brunei Gate tidak pernah dibuktikan secara hukum di pengadilan. Gus Dur jatuh karena peristiwa politik dan tidak memiliki dukungan cukup di parlemen," katanya secara virtual.
Kedua, dari sisi konsolidasi demokrasi pelengseran Gus Dur di tengah jalan melalui Sidang Istimewa (SI) 2001 menjadi penanda kegagalan konsolidasi politik di era reformasi.
Seharusnya diingat, kata Yenny, di maraknya gerakan mahasiswa melawan rezim orde baru, Gusdur menjadi tuan rumah dan menjadi penggagas Deklarasi Ciganjur pada November 1998 di samping Megawati, Amien Rais, dan Sri Sultan Hamengkubuwono.