REPUBLIKA.CO.ID, Kemandirian pesantren, itulah konsep yang diusung Pondok Pesantren Sunan Drajat, Lamongan. Banyaknya unit usaha yang dikelola pesantren telah berdampak besar, baik bagi perekonomian pesantren, santri, maupun masyarakat sekitar. Menurut Ketua Bidang Perekonomian Pondok Pesantren Sunan Drajat, Anas Alhifni atau akrab disapa Gus Anas, pengembangan ekonomi menjadi upaya untuk mencapai kemandirian pesantren.
Untuk itu, Pondok Pesantren Sunan Drajat (PPSD) pun memperluas unit-unit bisnisnya. Dengan unit-unit usaha yang dimiliki, pesantren tidak hanya menjadi tempat praktik bagi santri, tetapi juga membantu pembiayaan pendidikan santri.
"Dengan memiliki unit-unit itu, bisa menjadi lembaga praktik buat santri dan menjadi profit oriented yang kemudian labanya itu disalurkan untuk kepentingan pondok pesantren,"ujar Gus Anas kepada Republika, beberapa hari lalu.
Unit bisnis tersebut pun memberikan kemandirian kepada para santri. Salah satu bentuknya, SPP yang diberlakukan untuk santri itu relatif lebih murah dibandingkan di pesantren lainnya. Akses pembelajaran dan pen di dikan bagi masyarakat yang ingin Pe santren itu bisa terpenuhi. "Tidak perlu mem bayar mahal-mahal, tapi sudah dapat me nge nyam pendidikan di Sunan Drajat," tambah dia.
Gus Anas menjelaskan unit-unit usaha milik PPSD dikoordinir oleh Lembaga Perekonomian PPSD. Sumber daya yang menjalankan setiap unit usaha merupakan santri tingkat mahasiswa dan masyarakat. Dengan pengelolaan yang profesional, santri yang turut bekerja sebagai karyawan di tiap unit usaha yang dimiliki pesantren pun memperoleh honor.
Menurut Gus Anas, pesantren memperbolehkan santri tingkat mahasiswa untuk berpartisipasi dalam unit usaha pesantren. Namun demikian, jadwal bekerja santri pun menyesuaikan dengan kuliah serta mengaji.
"Mahasiswa itu ngajinya pagi sama malam. Selain itu mereka di unit bisnis atau kuliah. Unit bisnis kita kelola profesional sehingga santri memperoleh honor. Dan juga karyawan dari luar banyak yang ikut di unit bisnis kami," kata dia.
Lebih lanjut, Gus Anas menjelaskan, keberadaan pesantren dengan unit-unit usahanya juga telah membantu warga sekitar. Misalnya saja warga dapat menitipkan produk olahan makanan di unit usaha pesantren dibidang perdagangan seperti toko serba ada maupun mini market dan food court. Gus Anas mengatakan, untuk pengelolaan makan santri misalnya, pesantren memberdayakan masyarakat untuk bisa memasak makanan bagi santri PPSD yang kini telah mencapai sekitar 14 ribu orang.
Gus Anas menyebutkan, unit usaha yang dikelola pesantren di antaranya yakni kantin, food court, toko serba ada, mini market, salon, foto kopi, dan laundry. Selain itu, pesantren juga memiliki rumah ma kan, material, warnet, percetakan dan penerbitan Sunan Drajat Pres sehingga untuk kebutuhan buku dan kitab para santri, pesantren dapat memproduksi sendiri. Gus Anas menjelaskan pesantren juga mempunyai ko perasi pesantren BMT Sunan Drajat yang kini sudah memliki sebelas cabang se-Jawa Timur.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, PPSD juga mem pro duksi pupuk dan jus kesehatan seperti jus meng kudu. Ada juga produksi roti hingga tekstil. Salah satu unit besar yang dikelola pesantren adalah produksi garam dan kapal."Kalau kapal itu biasanya yang pesan angkatan laut dan dishub. Sumber daya yang kita gunakan campuran ada santri dan profesional. Karena santri yang lulusan SMK pun punya kemampuan karena ada jurusan industri perkapalan jadi mereka langsung praktik. Kalau garam memang kebanyakan profesional jadi kita kombinasikan saja," kata dia.
Menurut Gus Anas, banyak santri yang telah lulus di pesantren dan sekolah kemudian berkarir di unit-unit usaha pesantren. Pesantren juga mem punyai bi dang penyiaran radio dan televisi untuk mem fasilitasi santri dalam mengembangkannya minat dan bakatnya di dunia penyiaran. Sementara itu ada tiga konsentrasi dalam pendidikan pesantren di antaranya adalah tahfidz, kitab dan bahasa asing.