Rabu 16 Dec 2020 04:01 WIB

Harapan Ketua Umum MUI KH Miftachul Akhyar untuk Umat Islam

Ketua Umum MUI KH Miftachul Akhyar mengajak umat terus belajar

Rep: Nur Hasan Murtiaji/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum MUI terpilih periode 2020-2021 Miftachul Akhyar menjawab pertanyaan wartawan usai penutupan Musyawarah Nasional X MUI di Jakarta, Jumat (27/11). Miftachul Akhyar terpilih sebagai ketua umum MUI periode 2020-2025 menggantikan Ma’ruf Amin setelah ditetapkan secara mufakat oleh tim formatur Munas X dan MUI. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum MUI terpilih periode 2020-2021 Miftachul Akhyar menjawab pertanyaan wartawan usai penutupan Musyawarah Nasional X MUI di Jakarta, Jumat (27/11). Miftachul Akhyar terpilih sebagai ketua umum MUI periode 2020-2025 menggantikan Ma’ruf Amin setelah ditetapkan secara mufakat oleh tim formatur Munas X dan MUI. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, Ketua Umum MUI KH Miftachul Akhyar mengajak umat agar terus mendalami ilmu agama Islam. Ulama sekalipun tak akan pernah bisa berhenti mempelajari ilmu Islam yang sangat luas. Ini disampaikan Kiai Miftachul saat berbincang dengan awak media, termasuk Harian Republika pada hari terakhir Musyawarah Nasional ke-10 MUI, Jumat (27/11). 

Mengenai jati diri keulamaan, akan seperti apa ke depan? 

Ya, kalau sudah ulama, akan lebih mudah karena sudah punya basis-basis. Sampai ada sebuah hadis, hindari terpelesetnya seorang alim. Cuma mungkin pada zaman-zaman yang semangat untuk memperdalam ilmu keislaman menurun, ada hal-hal yang belum tersampaikan.Nanti kalau diajak kembali pada basis-basis itu, akan segera jalan, saya yakin itu.

Apakah masalah utama keulamaan kita adalah kecerdasan, keilmuan? Kecerdasan menyikapi dan menyadari bahwa kita ini diwujudkan, dilahirkan sebagai ulama yang mengemban sebuah tugas. Tugas (ulama) itu sebuah pencerahan. Bagaimana kita untuk amar makrufnya, modelnya seperti apa.

Kan di dalam al-ma'ruf itu ada nilai-nilai dakwah. Melakukan dakwah kepada orang dekat, berbeda dengan orang yang jauh.Misalnya, kalau kita menyapa orang yang jaraknya dekat dengan kita, kita menggunakan suara yang lebih pelan.

Tapi, kalau menyapa orang yang jaraknya jauh, kita keraskan suara kita agar suara kita terdengar. Intinya (suara itu)sampai. Tapi, tidak ada wajah-wajah yang kereng (galak), kasar. Ada perbedaan. Itu harus dibedakan. Bukan yang dekat dan yang jauh disamakan.

Yang masih menjadi umat dakwah, umat yang masih perlu dilatih, perlu didewasakan dalam Islam. Beda dengan umat ijabah. Hampir (mayoritas) hari ini kita umat dakwah. Walaupun dia Muslim, tapi karena situasi, semangat untuk memperdalam il mu itu menurun. Bisa jadi seperti itu.

Berarti konkretnya mengembalikan nilai-nilai itu? 

Nilai-nilai itu, ya dengan segala kebersamaan kita di sana.Bukan saya pribadi, melainkan melalui kebersamaan.

Apa harapan Anda untuk umat Islam di seluruh Indonesia? 

Harapan kita, kalau kita enggak menjadi orang alim, jadilah mereka-mereka yang mau belajar. Karena, Rasulullah sendiri membagi manusia hanya dua macam. Orang yang alim yang sudah mendalami ilmu dan mereka yang masih dalam rangka untuk mengetahui. Kita antara itu.Tidak ada pembagian yang ketiga. Kalau ada, itu sudah ndak masuk lembaga ini. 

Harapan dan pesan saya bahwa Islam itu masih harus terus kita dalami.Tadi sudah saya gambarkan. Allah SWT berfirman bahwa seandainya pohon-pohon yang ada di bumi menjadi pena dan semua lautan yang ada menjadi tinta, semua itu akan kering dan akan habis. Tapi, tidak dengan nilai Islam. Makanya disebut kan ulama itu pewaris para nabi, sebagai ahli waris, karena terus mendalami dan kita tidak pernah selesai mendalami.Jangan merasa pernah selesai di dunia ini. Karena masalah yang baru, baru kita kenal, akan didatangkan terus-menerus.

Wapres KH Ma'ruf Amin dalam sambutannya menyinggung soal imam kelembagaan. MUI bisa menjadi leading sebagai imam kelembagaan ini?

Makanya yang sekarang ini bisa diwujudkan ya semacam kelembagaan, kolektif kolegial.Jadi, istilah ijtihad, mujtahid, itu semua menjadi sebuah lembaga.Cari orang per orang sudah sulit (sekarang). Ini cuma bahasanya tadi, imam kelembagaan.

Katakanlah kalau sebuah ijtihad, maka menjadi ijtihad jama'i(ijtihad kolektif), lalu sebuah ittifaq, ittifaq jama'i (kesepakatan kolektif). Kalau sebuah fatwa, ya fatwa dari hasil semuanya. Ini serbakolektif. Ndak ada individu-individu sekarang yang punya kemampuan, ya paling selisih dikit-dikit.

Wapres sempat berpesan agar MUI bisa memastikan kehalalan atau kebolehan vaksin Covid-19 sebelum digunakan. Bagaimana sikap Anda?

Ya, di Nahdlatul Ulama sendiri kemarin kansudah dibahas. Ini adalah upaya untuk mencari jalan keluar atas musibah wabah yang mendunia ini. Vaksin ini adalah salah satu ikhtiar, untuk bisa bagaimana mereka itu diperhatikan, ada semangat untuk memakmurkan. Karena tugas kita untuk memakmurkan.

Apakah ada target terkait sertifikasi halal vaksin Covid-19?

Kami kemarin minta di lembaga Bahtsul Masail. Segera garap sebelum vaksin itu diedarkan.

Target sebelum diedarkan?

Ya, biar enggakkadung diedarkan dan menimbulkan masalah. 

Untuk sertifikasi halal, apakah ada rencana menggandeng lembaga lain?

Semua yang kira-kira bisa mendukung untuk fokus kehalalan, itu akan kita ajak.Semuanya. Mungkin di lembaga lain, ada lembaga yang lebih pas, lebih kredibel, belum kita ajak, ya (nanti kita ajak).

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement