Selasa 24 Nov 2020 09:43 WIB
Anali

Jenderal Sudirman: Sejarah Kesatuan Militer dan Umat Islam

Jenderal Sudirman adalah bukti sejarah kesatuan Islam dan militer Indonesia.

Presiden Soekarno memeluk haru Jendral Sudirman ketika pulang dari gerilya menjelang pengakuan kedualatan Ri oleh Belanda pada akhir tahun 1949.  Sudirman yang mantan guru sekolah Muhammadiyah menjadi jejak bahwa Islam dan Militer Indonesia sejak awal bersatu dan tak bisa dipisahkan dengan isu apa pun.
Foto:

Ada syarat-syarat perjuangan yang harus ditempuh umat Islam dalam melawan imperialisme dan kapitalisme. Pertama, Umat Islam harus mempererat persatuan. “…eratkan, kuatkan dan buktikan persatuan serta kesatuan kita bersama, supaya pertahanan kita kuat dan insya Allah perjuangan kemerdekaan kita tercapai.”

Kedua, harus ada pemimpin dalam perjuangan. “Dalam melakukan pertahanan dan perjuangan, harus ada satu pimpinan (satu komando) yang jelas. Perjuangan kita akan lama dan pengalaman yang sudah-sudah telah membuktikan bahwa, dengan tidak adanya satu komando itu, kita sekalian akan menderita kerugian yang tidak sedikit. “

Biografi Jendral Sudirman

Keterangan foto: Panglima Besar Jendral Sudirman memimpin gerilya dengan cara dipikul memakai tandu oleh rakyat.

Ketiga, perjuangan harus berdasarkan keteraturan. Perjuangan dan pertahanan harus teratur. Dan ia mengingatkan bahwa wajib berdasarkan kesucian, kebenaran dan keadilan.

Ia juga mengingatkan semboyan yang diutarakan Bung Karno. “Lebih baik hidup sebagai burung Elang Rajawani di Gunung yang tandus dan mencari sebutir beras sendiri, tetapi hidup bebas dan merdeka” dan “Lebih baik akan batu, daripada dijajah kembali!” (Jenderal Sudirman: 2012)

Sebagai umat Islam, menurutnya setiap perintah pimpinan yang berdasarkan kebenaran dan keadilan wajib diikuti. “Kami percaya dan yakin bahwa, tiap-tiap perintah manis atau pahit yang berdasarkan hak akan diterima oleh segenap umat Islam dengan ucapan ‘Sami’na wa ato’na,’ dan dengan rasa syukur serta gembira.”(Jenderal Sudirman: 2012)

Menutup pidatonya dalam acara ta’aruf warga Muhammadiyah tersebut, ia mengutip surat At-Taubah ayat 44-45, “Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.

Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguannya.”

Sebagai pemimpin militer, Jenderal Sudirman bukan saja menunjukkan sosok pemimpin yang dihormati, namun ia juga menunjukkan sebagai jati dirinya sebagai seorang Muslim. Hal ini juga menjadi petunjuk bahwa militer di Indonesia tak sepatutnya berjarak dari umat Islam, seperti yang pernah terjadi di masa Orde Baru.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement