Di tempat yang sama, Kiai Said menyampaikan, Wakil Ketua Umum DMI banyak menyampaikan gagasan untuk dakwah dan syiar Islam. Tentunya dengan pemahaman Islam yang benar, wasatiyah dan moderat.
Kepada umat Islam, Kiai Said berpesan agar memperkuat dakwah Islam yang wasatiyah dan moderat. Untuk menghadapi munculnya beberapa kelompok yang radikal atau kelompok yang tidak sesuai dengan Islam itu sendiri dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
"Kita ini bangsa yang beradab dan punya kepribadian yang menerima warisan estafet ajaran Islam para ulama leluhur kita, ajaran Islam yang ramah, (kita) nggak mengenal Islam radikal dari ulama Indonesia," ujarnya.
Kiai Said mengatakan, Islam radikal ada baru-baru ini. Untuk mengatasinya pun harus dengan cara-cara yang lembut. Artinya, tidak boleh radikal dilawan dengan radikal.
Ia juga menyampaikan telah membahas dunia Islam di luar negeri. Terkait fenomena islamofobia, menurut Kiai Said, sudah ada sejak dulu dan bukan barang baru. Tapi bagaimanapun agama Islam nantinya akan menjadi agama nomor dua di Eropa. Salah satu faktor pemicunya karena ada imigran ilegal dan imigran yang resmi dari Afrika.
Kiai Said juga memberikan masukan untuk umat Islam di Indonesia agar bersatu dalam arti bingkai kebangsaan. "Kita sesama bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila, menjunjung tinggi UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika, soal ormas boleh beda-beda, mazhab boleh beda, karena perbedaan itu rahmat dari Allah. Tapi kita tetap dalam koridor yang sama," jelasnya.
Kiai Said juga menegaskan, NKRI, Pancasila dan UUD 1945 sudah final. Mereka tidak boleh didiskusikan lagi, apalagi dipertentangkan dengan Islam, kecuali diimplementasikan.