Ahad 08 Nov 2020 04:50 WIB

Kisah Mualaf Karima Razi, Islam Penuhi Kekosongan Hati (2)

Proses pencarian hidayahnya berlangsung selama tiga tahun.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti / Red: Ani Nursalikah
Kisah Mualaf Karima Razi, Islam Penuhi Kekosongan Hati (2)
Foto:

Setiap saat Karima bisa saja meninggalkan studi tentang Islam dan diterima kembali ke dalam lingkaran feminis, teman-teman sosialis dan ke dalam pelukan keluarganya yang penuh kasih. Meskipun orang-orang ini tidak pernah meninggalkan dia, mereka menghantui dia dengan pengaruh mereka.  

"Saya khawatir tentang apa yang akan mereka katakan atau pikirkan, terutama karena saya selalu menilai diri sendiri dari sudut pandang orang lain. Jadi saya mengasingkan diri," jelas dia.

Imran selalu ada untuk menjawab pertanyaan. Namun tidak ingin bergantung padanya.

"Saya terus membaca.  Setelah saya puas dengan keingintahuan saya tentang perempuan dalam Islam dan dikejutkan dengan hasilnya, saya mulai membaca tentang kehidupan Nabi Muhammad dan membaca Alquran itu sendiri.  Ketika saya membaca tentang Nabi Muhammad (SAW),  Perlahan-lahan saya semakin dalam dan semakin dalam membaca Alquran.  

Dia menemukan Islam memberikan kesetaraan sejati tidak hanya untuk pria dan wanita, tetapi untuk semua ras dan kelas sosial, dilihat hanya dari tingkat kesalehan seseorang.  

Dua kali ia memutuskan melakukan syahadat dan kemudian berubah pikiran keesokan harinya. Suatu sore, dia bahkan berlutut dan bersujud untuk meminta petunjuk.  

"Saya merasakan kedamaian dalam posisi itu. Mungkin pada saat itu saya adalah seorang Muslim yang berhati Muslim, tetapi ketika saya berdiri, pikiran saya belum siap untuk secara resmi mengambil syahada," ujar dia.

Setelah momen itu beberapa berlalu. Dia mendapat pekerjaan baru mengajar di sekolah menengah. Hari-hari mulai berlalu dengan sangat cepat, kesibukan mengajar, disiplin dan makalah untuk dikoreksi.  

"Ketika hari-hari saya mulai berlalu begitu cepat, dia tersadar tidak ingin keluar dari dunia ini tanpa menyatakan keimanan saya kepada Allah. Secara intelektual, dia memahami bukti yang ada dalam kehidupan Nabi Muhammad (SAW) dan dalam Alquran terlalu memaksa untuk disangkal," kata dia.

 

Dan, pada saat itu, hatinya juga siap untuk Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement