REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis ekonomi di tengah masa pandemi tidak hanya membuat kehidupan menjadi semakin sulit, namun juga menurunkan kepercayaan tentang pepatah 'rezeki tidak akan kemana'.
Sejatinya, Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya manusia itu lari dari rezekinya seperti ia lari dari kematian, Pastilah rezekinya itu datang kepadanya sebagaimana kematian menemuinya". (Hadits shahih diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dan Ibnu Asakir).
"Rezeki tidak hanya uang dan harta benda. Anak juga rezeki. Sahabat baik juga rezeki. Jodoh juga rezeki," ujar Ustadz Abdul Somad (UAS).
UAS menerangkan, jika seseorang lari dari rezekinya, baik itu berbentuk jodoh, teman baik, hingga buah hati, maka sama halnya dengan lari dari takdir mubram atau takdir yang tidak bisa diubah, seperti kematian dan datangnya kiamat.
"Jika demikian, maka seandainya seseorang itu lari dari anaknya seperti ia lari dari kematian. Pastilah anaknya itu datang kepadanya sebagaimana kematian menemuinya. Bolak-balik KB, istri tetap hamil juga. Seandainya seseorang itu lari dari teman baiknya seperti ia lari dari kematian, pastilah teman baiknya itu datang kepadanya sebagaimana kematian menemuinya. Seandainya seseorang itu lari dari jodohnya seperti ia lari dari kematian, pastilah jodohnya itu datang kepadanya sebagaimana kematian menemuinya. Lalu, mengapa risau. Itulah makna iman. Itulah aqidah," ujarnya.