Rabu 04 Nov 2020 14:18 WIB

Respons Pers Asing Terhadap Klinik Muhammadiyah Malang 1927

Klinik Muhammadiyah Malang tak hanya menarik pasien dari kalangan pribumi.

Respons Pers Asing Terhadap Klinik Muhammadiyah Malang 1927.
Foto:

Laporan di atas, dan laporan-laporan sejenis di sejumlah surat kabar berbahasa Belanda di era 1920an, memperlihatkan kian luasnya kiprah klinik Muhammadiyah. Klinik Muhammadiyah yang awalnya hanya berada di Yogyakarta telah berkembang hingga ke luar wilayah residensi ini.

Salah satu kliniknya yang di Malang bahkan dengan cepat menarik minat berbagai kalangan untuk datang dan berobat. Salah satu kelebihan klinik ini adalah pengelolaannya yang modern, termasuk penggunaan obat-obatan modern sebagaimana yang dipakai di rumah sakit Belanda. Selain di Malang, di era itu Muhammadiyah juga membuka klinik PKO di Surabaya.

Yang juga patut dicatat adalah latar belakang etnis pasiennya. Sebagian besar adalah “Inlander” atau pribumi, yang dalam konteks Malang merupakan masyarakat Jawa setempat. Namun, rupanya tak hanya orang pribumi yang tertarik dengan klinik Muhammadiyah, melainkan juga orang Cina dan Arab.

Kedua kelompok masyarakat terakhir ini secara sosial-ekonomi kedudukannya lebih tinggi dari rata-rata orang pribumi sehingga sebenarnya mereka bisa datang ke rumah sakit yang dikelola Belanda. Maka, pilihan mereka untuk berobat ke sebuah klinik yang diupayakan kaum pribumi merupakan suatu bentuk kepercayaan pada kemampuan, profesionalitas, dan pelayanan pada klinik yang dikelola oleh kalangan pribumi, yang dalam hal ini diwakili oleh Muhammadiyah.

Klinik dan poliklinik Muhammadiyah, baik di Yogyakarta, Malang, Surabaya maupun tempat-tempat lainnya, pada hakikatnya merupakan wujud dari usaha Muhammadiyah untuk meningkatkan kondisi kesehatan kaum pribumi via cara-cara modern. Klinik atau rumah sakit bukan hanya tempat di mana orang datang untuk mengobati penyakit, tapi juga tempat di mana berbagai pesan perihal agama dan kemajuan ditransmisikan dari pengelola rumah sakit pada pasiennya.

Dalam bahasanya antropolog Jepang Mitsuo Nakamura, rumah sakit dan klinik Muhammadiyah bukan hanya signifikan karena berfungsi sebagai “agen pengobatan murni”, melainkan juga sebagai “agen-agen penyebaran berbagai gagasan Muslim modernis”.

-----

 

Sumber: Majalah SM Edisi 23 Tahun 2018 dengan judul Respon Pers Belanda Dan Kalangan Timur Asing Terhadap Klinik Muhammadiyah Malang Tahun 1927

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/11/03/respon-pers-asing-terhadap-klinik-muhammadiyah-malang-tahun-1927/

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement