REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Wakil Presiden, Masduki Baidlowi mengingatkan kembali pesan Wakil Presiden Ma'ruf Amin untuk mengenalkan Islam Rahmatan Lil alamin kepada semua orang. Masduki menyebut, Kiai Ma'ruf menilai tantangan umat Islam saat ini adalah mengenalkan Islam Rahmatan Lil Alamin atau Wasathiyah kepada orang yang keliru menilai Islam.
Salah satunya, kata Masduki untuk menjawab persepsi negatif masyarakat barat terhadap Islam. Karena itu, Masduki menilai, pandangan ini juga relevan untuk menanggapi sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Islam di Prancis.
"Saya kira itu tantangan yang selalu Kiai Ma'ruf sampaikan kepada umat Islam, sehingga kalau ada yang baru seperti ini, mereproduksi pernyataan beliau masih relevan," ujar Masduki saat dihubungi, Selasa (27/10).
Masduki pun mengulas kembali pernyataan Wapres mengenai pandangan masyarakat barat tentang Islam yang kerap dikaitkan dengan kekerasan atau teror. Hal ini menurut Masduki lantaran gerakan Islamophobia yang terus bergerak, termasuk di Eropa. Karena itu, tantangan umat saat ini adalah bagaimana mengenalkan dan meluruskan Islam dengan wajah yang moderat.
"Islam yang rahmatan lil alamin itu dijadikan satu senjata baru, supaya dipahami benar oleh masyarakat barat tentang Islam karena sejatinya Islam adalah rahmatan lil alamin, itu yang belum dipahami baik," katanya.
Karenanya, umat Islam di Indonesia juga mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan Islam Rahmatan Lil alamin dan Wasathiyah kepada negara lain. Dengan begitu, ia berharap penerapan Islam Wasathiyah di Indonesia bisa direplikasi ke negara lain termasuk di Perancis.
"Ini sebenarnya perlu, direplikasi ke berbagai negara negara lain, sehingga ini bisa menjadi bentuk yang mainstream dari pemahaman Islam di seluruh dunia ke depan, dan itu diperkenalkan kepada masyarakat eropa," ungkapnya.
Ia juga berharap masing masing pihak menahan diri dan tidak mudah untuk menggeneralisasi semua orang, seperti kasus Macron dan penerbitan karikatur oleh Charlie Hebdo.
"Karena akan ada yang selalu saja orang orang mempunyai paham yang seperti itu tapi jangan dijadikan generalisasi. Kesalahn makron adalah menggenaralisasi seakan akan Islam itu orang orang yang keras yang ada di Perancis," kata Masduki.
"Namun kita memahami kenapa orang Islam di Perancis sangat keras, walaupun sebagian tidak, karena memang perlakuan rasisme terhadap minoritas di Perancis khususnya muslim sangat keras juga," ujar Masduki.
Sebelumnya, Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, ada tiga tantangan besar yang dihadapi umat Islam selain adanya pandemi Covid-19. Pertama, kata Ma'ruf, umat Islam saat ini menghadapi persepsi Islam dianggap sebagai agama konflik dan kekerasan.
Ia menjelaskan, persepsi itu muncul dan berkembang karena berbagai konflik banyak terjadi di negara muslim, khususnya di Timur Tengah.
"Sekitar 60 persen konflik di dunia melibatkan negara-negara Islam," kata Ma'ruf saat hadir pembukaan Seminar Internasional Santri Millenial 2020, Kamis (22/10).
Tak hanya itu, Islam bahkan dipersepsikan sangat buruk di masyarakat Barat. Ma'ruf menyebut, hasil survei Pew Research tahun 2017 lebih dari 41 persen warga Amerika Serikat melihat Islam mendorong terorisme dan kekerasan dan hampir 50 persen sebagian warga muslim adalah anti Amerika.
Begitu juga di Eropa, dari hasil survei di 10 Negara Eropa tercatat lebih dari 50 persen warga Eropa memandang Islam secara negatif.
Ma'ruf juga menyesalkan pendidikan Islam atau madrasah dianggap sebagai tempat pembibitan ideologi ekstrem. Menurutnya, generalisasi negatif terhadap madrasah diperoleh hanya karena orang Barat melihat beberapa pelaku teroris merupakan alumni madrasah.
"Cara pandang yang selalu menggeneralisasi dan negatif ini harus kita lawan. Namun disaat yang sama umat juga perlu introspeksi," katanya.
Sementara, tantangan kedua umat Islam yaitu meningkatnya tren Islamophobia di berbagai belahan dunia. Ia mencontohkan, serangan atau pelecehan terhadap muslim di AS meningkat dari tahun ke tahun yakni terhitung 2016 meningkat 36 persen jika dibandingkan tahun 2001.
"Pengalaman yang sama juga terjadi di Eropa, pada tahun 2017, rata-rata 1 dari 3 muslim yang disurvei mengalami diskriminasi dan prasangka buruk," katanya.