REPUBLIKA.CO.ID, Agama Islam menjadi agama terbanyak kedua yang dianut rakyat Macedonia. Sensus terakhir 1994 menyebutkan jumlah pemeluk Islam di sana mencapai 30 persen dari total populasi negara tersebut yang sebesar 2,1 juta penduduk.
Persentase Islam di Macedonia ini termasuk yang terbesar di Eropa, setelah negara Turki, Albania, dan Bosnia-Herzegovina. Islam terutama dianut oleh mereka yang berasal dari etnis Turki, Bosnia, dan Albania.
Ajaran Islam mulai merambah ke wilayah Macedonia bersamaan dengan penaklukan yang dilakukan Kerajaan Turki Usmani(Ottoman) pada akhir abad ke-14 M. Macedonia, yang saat itu menjadi bagian dari Kekaisaran Serbia, berhasil ditaklukkan Kesultanan Ottoman tanpa adanya perlawanan dari penguasa Serbia yang kekuasaannya kala itu memang mulai melemah. Dan, sejak saat itu Islam tumbuh dan berkembang di wilayah Macedonia.
Saat Kesultanan Ottoman menguasai Balkan inilah terjadi proses Islamisasi secara besar-besaran. Penduduk asli Macedonia yang berasal dari etnis Slav banyak yang berpindah keyakinan dari sebelumnya Kristen Ortodoks ke Islam. Pembedaan kebijakan yang diberlakukan pemerintah Ottoman terhadap penduduk Muslim dan non-Muslim menjadi faktor pemicu perpindahan keyakinan tersebut.
Pemerintahan Ottoman mengenakan pungutan jizyah terhadap warga non-Muslim, sebagai ganti dari kewajiban membayar zakat yang dikenakan kepada penduduk Muslim setiap tahun. Pajak jizyah ini dipungut sebagai bentuk jaminan keamanan dan perlindungan yang diberikan negara kepada penduduknya yang non-Muslim.
Namun, para penduduk asli Macedonia banyak yang tidak puas dengan pemerintahan Turki Usmani. Hal ini di kemudian hari memicu terjadinya sebuah pemberontakan terhadap penguasa Turki Usmani di Macedonia pada 1689. Peristiwa tersebut dikenal sebagai pemberontakan Karposh.
Setelah peristiwa tersebut, beberapa gerakan pemberontakan yang menginginkan muculnya sebuah negara mandiri yang berdiri di atas tanah Macedonia mulai bermunculan. Gerakan semacam ini didirikan pada akhir abad ke-18 dengan nama Organisasi Revolusioner Bulgaria-Macedonia-Adrianopel yang kemudian berubah menjadi SMORO.
Pada 1903, organisasi SMORO melancarkan pemberontakan Ilinden-Preobrazheine melawan penguasa Turki Usmani dan berhasil mendirikan sebuah republik bernama Republik Krushevo. Pemberontakan ini menelan korban luka yang banyak dari pihak Muslim. Terbentuknya Republik Krushevo ini dianggap sebagai awal dan batu loncatan bagi terbentuknya sebuah Republik Macedonia di kemudian hari.
Runtuhnya kekuasaan Kesultanan Ottoman di kawasan Balkan berdampak pada penurunan jumlah populasi warga Muslim Macedonia. Jika sebelum Perang Dunia II, penduduk Muslim Macedonia diperkirakan mencapai 27 ribu orang, dalam sensus yang dilakukan pada tahun-tahun berikutnya angka tersebut menurun tajam.
Pada 1953, populasi Muslim di Macedonia diperkirakan hanya sebanyak 1.591 orang dan di tahun 1961 meningkat menjadi 3.002 jiwa. Dan, pada 1981 meningkat menjadi 39.355 jiwa.
Warga Muslim Macedonia sebagian besar terkonsentrasi di wilayah barat dan timur yang berbatasan dengan Albania. Komunitas Muslim juga bisa ditemukan di kawasan Centar Zupa. Namun, orang-orang Muslim yang bermukim di kawasan ini lebih bangga menyebut diri mereka sebagai Muslim Turki dibandingkan Muslim Macedonia.
Tempat lainnya yang juga banyak dihuni komunitas Muslim adalah Labunista yang terletak di wilayah Struga. Di bagian utara Macedonia, tepatnya di Debar, juga banyak terdapat desa-desa Muslim.
Kantong Muslim lainnya di Macedonia adalah kawasan Dolna Reka, Rostusa, Tetovo, Torbesija, Plasnica, dan Dolneni. Wilayah-wilayah tersebut umumnya didiami oleh warga Muslim dari etnis Turki. Sedangkan penduduk Muslim Macedonia yang berasal dari etnis Albania dan Kosovo dapat ditemukan di sepanjang perbatasan Macedonia dengan kedua negara tersebut.
Saat ini, sebagian besar Muslim di Macedonia bekerja dalam bidang pertanian. Namun, banyak juga di antara mereka yang bekerja di luar negeri. Dalam beberapa dekade terakhir, banyak dari warga Muslim Macedonia yang berimigrasi ke negara-negara di kawasan Eropa Barat dan Amerika Utara. Selain dikenal karena keahliannya dalam bidang pertanian, Muslim Macedonia juga dikenal ahli dalam seni melukis, memahat kayu, dan membuat mosaik.
Muslim Macedonia secara tidak langsung juga ikut aktif dalam kegiatan politik di negara tersebut. Untuk menyuarakan aspirasi politik, mereka membentuk sebuah wadah bersama bernama Asosiasi Muslim Macedonia. Wadah politik bagi Muslim di Macedonia ini didirikan pada 1970 dengan dukungan dari pemerintah. Namun, banyak pihak yang menduga organisasi ini sengaja dibentuk pemerintah guna mengontrol aspirasi komunitas Muslim di sana.
Asimilasi warga Muslim ke dalam masyarakat Albania menjadi isu politik yang berembus cukup kencang di Macedonia. Pada 1990, ketua organisasi Muslim Macedonia, Riza Memedovski, mengirimkan sebuah surat terbuka kepada Ketua Partai Demokrat Sejahtera Macedonia terkait isu asimilasi ini. Dalam surat yang ditulisnya, Memedovski menuduh partai politik tersebut menggunakan isu agama untuk mempromosikan gerakan Albanisasi kepada komunitas Muslim Macedonia.
Isu asimilasi ini semakin kencang ketika pada 1995, orang-orang dari etnis Albania yang mendominasi dewan masyarakat Islam Macedonia menyatakan bahwa Albania adalah bahasa resmi umat Islam di Macedonia. Keputusan itu menimbulkan protes dari para pemimpin komunitas Muslim Macedonia.