REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perkembangan perbaikan hubungan antara negara-negara Arab dengan Israel berpotensi memecah belah muslim dunia. Hal itu disimpulkan dalam Webinar yang diadakan Institut Kebijakan Islamabad (IPI) yang dihadiri pembicara dari Turki, Palestina, Iran, Inggris dan Pakistan.
Akademisi Turki Levent Bastürk mengatakan normalisasi hubungan Arab-Israel tak hanya terbatas pada Uni Emirat Arab (UEA), Mesir dan Yordania saja. Ia menduga langkah ini terus diikuti negara Arab lain menjadi kekuatan aliansi regional.
"Ini bisa menjegal ambisi Turki di tingkat regional," kata Bastürk dilansir dari Nation.com pada Rabu (16/9).
Pakar Timur Tengah asal Iran, Kayhan Barzegar menduga aksi terorisme dan ekstrimisme akan meningkat jika Arab-Israel bersatu. Hal ini akan berdampak pada muslim di seluruh dunia.
"Bagi Iran, perubahan eskalasi ini berarti mengubah peta strategi pertahanan Iran sekaligus mempersulit hubungan dengan UEA," ujar Barzegar.
Direktur Eksekutif IPI Sajjad Bokhari mengatakan monarki di Arab memantau tatatan baru di tingkat regional. Negara-negara itu dipandang ingin meningkatkan kerjasama dengan Israel demi melawan Iran sebagai musuh bersama.
Bokhari memandang tantangan negara Arab ialah mengkomunikasikan kebijakan normalisasi dengan Israel pada warganya.
"Pesan dari normalisasi Arab-Israel berarti perjuangan kemerdekaan Palestina bukan lagi prioritas mereka," ucap Bokhari.