Sabtu 22 Aug 2020 18:05 WIB

Ujian Masuk PTKIN Daring Raih Penghargaan Rekor MURI

Menteri Agama ingin menjadikan pendidikan Islam di Indonesia sebagai destinasi dunia,

Rep: Ali Yusuf/ Red: Heri ruslan
Ketua Panitia Nasional SPAN-UM PTKIN 2020, Prof Mahmud menerima penghargaan Rekor MURI, Jumat (21/8) malam di Jakarta.
Foto: dok uinbdg
Ketua Panitia Nasional SPAN-UM PTKIN 2020, Prof Mahmud menerima penghargaan Rekor MURI, Jumat (21/8) malam di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua Panitia Nasional SPAN-UM PTKIN 2020, Prof Mahmud menerima penghargaan Rekor MURI Ujian Masuk Perguruan Tinggi Islam Negeri berbasis Sistem Seleksi Elektronik daring dengan peserta terbanyak.

Rekor MURI itu diserahkan dalam acara Malam Anugerah Pemberian Penghargaan, Penyampaian Rekor MURI dan Rapat Kelulusan UM-PTKIN 2020 yang digelar di Harris Vertu Hotel Harmoni, Jakarta Pusat pada Jumat (21/8).

Prof Mahmud menyampaikan, Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) adalah seleksi mahasiswa baru secara nasional yang telah dilaksanaan pada 3-6 Agustus 2020 secara daring yang diikuti 132.929 peserta.

Menurutnya, jumlah peserta yang mendaftar UM-PTKIN terus meningkat. Pada tahun 2018 berjumlah 103.444 orang, tahun 2019 berjumlah 122.981 orang, dan tahun 2020 sebanyak 155.982 orang. "Alhamdulillah berkat arahan, bimbingan dari Menteri Agama dan Dirjen Pendis penghargaan Rekor MURI ini diraih," ujarnya.

Penghargaan Rekor MURI ini diberikan perwakilan MURI Triyono kepada Prof Mahmud dan  disaksikan oleh Menteri Agama Fachrul Razi. Menag menjelaskan, sudah sepatutnyalah kita mensyukurinya dengan terus-menerus dan mengisi kehidupan kita ini dengan karya bermanfaat bagi seluruh alam raya.

"Salah satu cara mensyukuri nikmat itu dengan memiliki komitmen yang kuat dalam diri kita untuk menjadi duta, ambassador terbaik bagi ajaran agama Islam, yakni yang membawa misi ajaran agama Islam rahmatan lil alamin," kata Menag.

Pelaksanaan UM-PTKIN tahun ini, lanjut Menag, mengalami perbedaan cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. "Dalam situasi pandemi Covid-19, kita dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif, utamanya pada penyelenggaraan ujian masuk ke perguruan tinggi," tuturnya. Menag pun mengapresiasi capaian yang telah ditorehkan.

"Selaku Menteri Agama saya sangat mengapresiasi dan tentu saja patut berbangga atas capaian ini, namun demikian jangan mudah berpuas diri karena kompetensi tersebut masih bersifat internal, dimana hemat saya perlu diperketat lagi," ungkapnya. 

Menurut dia, tantangan bagi panitia dan para Rektor PTKIN ke depan adalah membuat daya tarik kompetisi masuk ke PTKIN dengan animo yang jauh lebih besar lagi dari capaian saat ini. "Saya ingin ada kebanggaan bagi para siswa atau orang tua untuk pertama kali mendaftar diri ke PTKIN baru ke perguruan tinggi umum dengan jalur yang berbeda," kata dia.

Sebagai bangsa dengan umat Islam terbanyak, menurut Menag, Indonesia ingin menjadikan pendidikan Islam sebagai destinasi dunia. Karenanya, Menag meminta kepada panitia ke depan untuk dapat memikirkan mekanisme penerimaan mahasiswa luar negeri ke PTKIN yang diseleksi secara nasional, seperti UM-PTKIN ini.

"Tolong dipikirkan secara matang dan itu semua harus dimulai dengan komitmen kita terhadap budaya mutu PTKIN yang kita jaga bersama-sama. Saya meyakini jika PTKIN kita berkualitas maka otomatis peminat pun akan banyak yang masuk, baik dari dalam maupun luar negeri," kata Menag.

Menag juga meminta agar transformasi kelembagaan PTKIN menjadi UIN harus tetap menjaga kualitas dan mutu perguruan tinggi berbasis ajaran agama Islam. Perubahan kelembagaan juga harus semakin memperkuat distingsi PTKIN yang dilahirkan dalam core competency bidang ilmu-ilmu keislaman.

"Bukan justru memperlemah ilmu-ilmu keislaman dengan mandat institusi integrasi Islam dan sains, plus tidak boleh menggerus DNA PTKIN sebagai penjaga Islam wasathiyah. Perubahan kelembagaan harus ke arah substantif yang tetap menjaga mutu dan kualitas. Saya minta kepada Direktur Jenderal Pendidikan Islam sebagai penjaga gawang agar lebih selektif dalam hal ini," tegas Menag.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement