REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Penanggalan hijriyah yang banyak dikenal kaum Muslim adalah produk politik yang dikeluarkan semasa Sayidina Umar bin Khattab menjabat khalifah. Sebab motivasi terbentuknya penanggalan hijriyah untuk kelancaran sistem kenegaraan ketika itu.
Dalam sejarahnya, penentuan awal tahun hijriyah dan penentuan bulan pertama di tahun hijriyah diwarnai perdebatan. Ustaz Ahmad Zarkasih Lc dalam buku Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi terbitan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan sejarahnya.
Dikisahkan, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, setelah dua tahun setengah menjabat sebagai khalifah tepatnya pada tahun ke-17 Hijriyah, Sayidina Umar mendapat kiriman surat dari salah satu gubernurnya, yaitu Abu Musa al Asy'ari yang mengadu bahwa beliau kebingungan. Sebab banyak surat dari Sayidina Umar yang datang ke beliau tapi tidak ada tanggalnya.
Dalam rak gubernur terdapat banyak surat yang membuat Abu Musa al Asy'ari bingung untuk menentukan surat mana yang baru dan mana surat yang lama, mana perintah terbaru dan mana perintah sudah usang. Karena itu beliau menyarankan kepada Sayidina Umar untuk membuat sebuah penanggalan agar tidak terjadi lagi kebingungan di antara gubernur-gubernurnya.
Mendapat aduan dan tersebut, akhirnya Sayydina Umar memanggil semua staf dan orang pentingnya untuk berdiskusi merumuskan dan memformulasikan sebuah penanggalan. Supaya tidak lagi ada yang kebingungan. Selain itu juga, penanggalan pastinya akan sangat membantu kinerja para staf dan gubernur serta masyarakat luas.
Surat yang dikirimkan oleh Abu Musa al Asy'ariy terbukti bisa mengambil perhatian para pejabat istana. Akhirnya mereka berkumpul di hadapan khalifah untuk membahas persoalan kalender ini. Mereka juga bersepakat dengan usulan gubernur untuk membuat kalender.
Perdebatan Penentuan Awal Tahun Hijriyah
Setelah berdiskusi dan sepakat bahwa mereka harus memiliki standarisasi penanggalan demi kemaslahatan. Mereka berselisih dalam menentukan kapan tahun pertama itu dimulai dalam penanggalan mereka.
Ada yang mengusulkan tahun pertama dimulai di tahun Gajah, yakni tahun Nabi Muhammad SAW lahir. Ada juga yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ada banyak yang mengusulkan di tahun Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul saat wahyu pertama turun. Selain itu ada yang mengusulkan di tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.
Dari empat opsi ini, akhirnya Sayidina Umar memutuskan untuk memulai tahun di tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah atas usulan dan rekomendasi Sayidina Utsman dan Ali r.a.
Beliau tidak memilih tahun kelahiran dan tahun diangkatnya Nabi menjadi Rasul. Karena memang ketika itu juga mereka masih berselisih tentang waktu kapan tepatnya Nabi lahir dan kapan wahyu pertama turun.
Sedangkan tahun wafatnya Nabi, Sayidina Umar menolak menjadikannya permulaan tahun karena di tahun tersebut banyak kesedihan. Akhirnya beliau memilih tahun hijrahnya Nabi. Selain karena jelasnya waktu tersebut, hijrah juga dianggap menjadi pembeda antara yang haqq dan yang bathil ketika itu.
Hijrah Nabi juga menjadi tonggak awal kejayaan umat Islam setelah sebelumnya hanya berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Karena itulah kalender ini dinamakan kalender Hijriyah. Sebab yang menjadi acuan awalnya ialah hijrahnya Nabi Muhammad SAW.
Padahal orang-orang terdahulu menamakannya at-Taqwim al-Qamari (Kalender Bulan). Dinamakan Qamar (bulan) karena hitungan harinya berdasarkan putaran bulan, dan itu yang dilakukan oleh para bangsa Arab sejak ratusan dekade.