REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanggal 1 Muharram 1442 Hijriah merupakan tahun baru bagi umat Islam. Pada saat itu, terdapat peristiwa di mana Nabi Muhammad melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah.
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikisahkan dalam buku Sirah Nabawiyah, hijrah ini bukan hanya sebatas perjalanan seorang manusia semata. Melainkan sebuah perjalanan yang akan meninggalkan tenah kelahiran, keluarga, sanak famili, teman dan orang-orang yang disayangi, ladang usaha, serta meninggalkan semua itu karena akidah.
Menurut Ustadz Ahmad Sarwat, banyak hikmah yang dapat dipetik umat muslim dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw agar di tahun yang baru ini dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
"Umat Islam ini kurang persatuan dan kesatuannya. Jadi seharusnya mengurangi permusuhan, pertikaian, gontok-gontokan antara satu element dengan element lain, jaga ukhuwah, jaga akhlak, tidak enak dilihat agama lain," kata Sarwat melalui sambungan telepon, Rabu (12/8).
Selain itu ujarnya, umat Islam adalah pewaris tunggal dari kekayaan khazanah keilmuan dari para ulama. Sejak zaman Nabi, sahabat, tabiin, hingga ulama-ulama pendahulu artinya sudah berjuta-juta ilmu yang telah dituliskan para ulama.
"Itu ilmu banyak banget tapi tidak ada yang bisa menjalankan atau mempraktekkan, karena kurang mendalami ilmu-ilmu ke islaman. Dakwahnya lebih kepada sifat-sifat emosional saja, dikit-dikit marah, kesel. Lebih baik belajar Bahasa Arab, belajar tafsir, nahwu, sorof, meningkatkan kualitas dari segi belajarnya bukan sekedar formalitas penampilan, pakai sorban jubah, itu memang bagus tapi intinya bukan itu," terang Sarwat.
Sarwat bersyukur begitu banyak umat Islam yang rajin membaca Alquran hingga hafal Alquran. Alangkah lebih baik lagi sambungnya, apabila dibarengi dengan mempelajari tafsir Alquran tersebut.
"Ada tafsirnya, kita bisa lebih mendalami, mentadaburi, menggali lebih dalam lagi ilmu yang ada di dalam Alquran. Itu yang kurang," ungkapnya.
Pesan selanjutnya, karena masih dalam situasi pandemi Sarwat menyarankan agar umat muslim dapat menjaga kesehatan sebaik-baiknya. Selama pandemi belum berakhir, maka menjaga kebersihan, mencuci tangan, menjaga jarak, dan selalu memakai masker adalah hal yang harus dipatuhi.
"Madorot harus dicegah jangan sembrono, kita ikuti ketentuan yang berlaku di seluruh dunia, di Arab, di timur tengah, engga bilang ini hoaks konspirasi. Seperti haji yang dikurangi dari 2,5 juta menjadi 10 ribu, tidak hanya tawakal-tawakal saja (jika) banyak yang meninggal kan repot," ucapnya.
"Karena nyawa manusia itu tidak boleh disia-siakan begitu saja, kalau sampai kita lalai, kita bisa membahayakan nyawa kita dan membunuh orang lain tanpa sengaja dan itu hukumnya dosa besar juga," tegas Sarwat.