REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) melakukan pencanganan gerakan memakai masker yang dilaksanakan secara daring pada Rabu (12/8). Dalam pencanangan gerakan memakai masker ini Muhammadiyah bekerja sama dengan komunitas Gerakan Pakai Masker (GPM), yang selama ini melakukan kampanye pemakaian masker di tengah-tengah masyarakat.
"Gerakan memakai masker murni dari masyarakat untuk masyarakat. Ini gerakan terbuka, tidak mencari keuntungan, tidak berpolitik dan tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun," kata Ketua GPM, Sigit Pramono lewat siaran pers daring di Youtube TvMu, pada Rabu.
Sigit mengungkapkan, meskipun sudah sering didengar ajakan menggunakan masker, namun langkah ini perlu terus digaungkan. Hal ini karena penggunaan masker merupakan pilihan yang paling utama, dengan ini penularan covid-19 juga dapat dicegah, dan hingga kini korban dari virus corona terus bertambah.
"Mengajak untuk menggunakan masker, sekaligus sebagai nation rebranding. Sekarang bangsa ini kalau mau keluar masih dipersulit, jamaah haji dan umroh pun belum diterima," kata dia.
Ketua PP Muhammadiyah, Agus Taufiqqurrahman menyampaikan, bahwa PP Muhammadiyah menyambut baik kerja sama dengan GPM sebagai Gerakan Ta’awun untuk saling membantu dalam rangka pencegahan, dan penyebaran Covid-19 serta berbagi dengan masyarakat yang terdampak.
"PP Muhammadiyah melalui MCCC dan Universitas Muhammadiyah serta jaringannya berkomitmen untuk terus menggaungkan serta mengedukasi masyarakat untuk memakai masker," kata Agus.
Agus juga menyampaikan gerakan sosial ekonomi Muhammadiyah melalui pelatihan pembuatan masker untuk mencapai swasembada masker yang akan melibatkan komunitas perempuan dan keluarga. "Dengan adanya pelatihan pembuatan masker tentunya dapat membantu ekonomi keluarga yang terdampak pandemi sekaligus memenuhi kebutuhan masker dalam negeri,” ucapnya.
Di samping itu, Ketua MCCC PP Muhammadiyah Agus Samsudin menyatakan bahwa, MCCC siap mendistribusikan 500 ribu ribu masker sumbangan dari Temasek, Singapura. Mereka menerima sumbangan ventilator dan masker dari Singapura yang diserahkan secara simbolis pada 29 Juli 2020 lalu dan ini akan kami distribusikan kepada warga yang membutuhkan.
Sigit menyampaikan bahwa Indonesia berada di peringkat 97 dari 100 negara di dunia dalam penanganan Covid-19. Ini artinya Indonesia dinilai belum aman dari pandemi. Peringkat ini juga nanti bisa mempengaruhi pertimbangan para investor untuk berinvestasi dan berpengaruh pada kunjungan turis ke Indonesia.
Dia mengungkapkan, Muhammadiyah dan GPM akan bekerja sama untuk mengedukasi masyarakat untuk memakai masker dengan melakukan Penyuluhan untuk Penyuluh. Selain itu juga membagikan satu juta masker kepada masyarakat yang membutuhkan.
Dalam rencana jangka panjang, Muhammadiyah dan GPM akan mengedukasi masyarakat untuk membuat pelatihan pembuatan masker sendiri. "Dengan adanya pelatihan itu diharapkan masyarakat bisa bergerak dan melahirkan swasembada masker untuk memenuhi kebutuhan masker dalam negeri. GPM mengajak Universitas Muhammadiyah dan Civitas Akademiknya untuk bersama menggaungkan dan mengedukasi masyarakat untuk memakai dan membuat masker sendiri," papar Sigit.
Sementara itu Ketua GPM Klaster Universitas, Muhammad Edhie Purnawan mengungkapkan, bahwa masker bukan hanya pelindung nyawa tetapi juga pelindung ekonomi keluarga agar bisa melanjutkan kegiatan ekonomi dengan tetap bekerja dan produktif sekaligus tetap sehat. Edhie Purnawan juga menyinggung peran penting Universitas dan civitas akedemika dalam mensosialisasikan dan mengedukasi pemakaian masker kepada masyarakat.
Edhie mengatakan, mahasiswa bisa dilibatkan melalui program pengabdian masyarakat melalui pelatihan membuat masker. "Masker buatan sendiri atau keluarga bisa digunakan sendiri maupun di jual sebagai penambah pendapatan keluarga sehingga ekonomi keluarga tetap sehat," kata Edhie.