REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Sampah plastik tidak hanya merusak ekosistem darat dan laut, tapi jadi ancaman nyata kelangsungan seluruh makhluk hidup dunia. Daya hancur plastik terhadap lingkungan nyatanya sangat besar, sebab jenis itu sangat sulit terurai.
Untuk itu, pengurangan pemakaian plastik jadi bahan ramah lingkungan dijalankan Dompet Dhuafa Yogyakarta sejak tahun lalu. Dilakukan pula pada kurban tahun ini, dengan meniadakan plastik sebagai wadah pembungkus daging, diganti bahan bambu.
Bahkan, di pelosok Bantul, Desa Jojoran Wetan, Kecamatan Pajangan, warga memakai sarang. Terbuat dari daun kelapa yang biasa digunakan sebagai wadah menaruh lauk pauk ataupun sebagai makanan hantaran.
Ketua Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa Yogyakarta 2020, Bambang Edi Prasetyo mengatakan, mereka mencoba jalankan hal-hal baik dari tahun lalu. Salah satunya memakai pembungkus ramah lingkungan seperti besek, daun jati dan lain-lain.
"Selain untuk mengurangi penggunaan plastik, langkah ini turut dilakukan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi pengrajin tersebut, terlebih pada masa pandemi seperti ini," kata Bambang dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (8/8).
Ia berpendapat, penggunaan besek ini tidak cuma bermanfaat secara ekologis, tapi kesehatan. Sebab, bentuk besek yang berpori besar mendukung sirkulasi udara dari daging yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
"Juga bermaksud mengindahkan seruan pemerintah untuk menghindari penggunaan kantung plastik sekali pakai saat distribusi daging kurban dan menggantinya dengan wadah ramah lingkungan," ujar Bambang.