REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA
Allah SWT berfirman, “Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu.” (QS. al-A’raf/7: 180). Informasi tentang sembilan puluh sembilan nama Allah SWT, menurut pengarang Tafsir Jalalain disebutkan dalam hadits Nabi SAW. Secara gramatika, asmaul husna adalah bentuk superlatif yang berarti nama-nama terbaik.
Berdasar hadits yang ditulis Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Ahmad dalam kitab induk hadits mereka, Nabi SAW bersabda, “Sesunguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu, barangsiapa yang menjaganya maka dia masuk surga.” Yang dimaksud menjaganya adalah menghafalnya, mentadaburinya, dan mengamalkannya.
Untuk menghafal asmaul husna ini tidak terbilang susah. Selain karena sering didengar telinga, telah lancar di lisan dan lekat di kepala, asmaul husna ini juga kerap didendangkan dalam beragam langgam. Dalam berbagai pengajian, sebelum tausiyah dimulai, terlebih dahulu disenandungkan asmaul husna. Tujuannya, untuk menggiring batin jamaah agar khusyu’.
Sementara itu untuk mentadaburi asmaul husna, tergantung pemahaman dan pengetahuan seseorang terkait dengan konsep ketuhanan, kemanusiaan, dan alam semesta. Sejatinya pada asmaul husna itu terkandung ketiga konsep itu. Apabila telah ditadaburi secara mendalam, maka membaca asmaul husna akan memberikan ekstase hati tak berperi.
Untuk itu, sebagai langkah awal mentadaburi asmaul husna adalah berdoa dengan nama-nama Allah SWT yang terbaik tersebut. Ketika seseorang ingin hidup dalam belaian kasih sayang Allah SWT, maka bacalah, "Ya Rahman Ya Rahim". Begitu juga membaca "Ya Latif", insya Allah bagi yang membacanya akan diberikan hati yang lembut dan diperlakukan secara lembut.
Dalam hadits Imam Ahmad, Nabi SAW mengajarkan cara berdoa yang mencakup asmaul husna. Nabi SAW bersabda, “Seseorang tidak akan pernah tertimpa kesusahan, tidak pula kesedihan, seraya ia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, dan anak (hamba perempuan)-Mu. Ruhku berada di dalam genggaman kekuasaan-Mu.
Aku berada di dalam keputusan-Mu. Hanya keadilan yang Engkau tetapkan bagi diriku. Aku mohon kepada Engkau dengan menyebut semua nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan dengan diri-Mu, yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau Engkau menyimpannya di dalam ilmu gaib di sisi-Mu.
Jadikanlah Alquran yang agung sebagai penghibur kalbuku, cahaya dadaku, pelenyap dukaku, dan penghapus kesusahanku”. Allah menghapus sedihnya dan susahnya, dan mengganti dengan gembira. Ada yang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kami boleh mempelajarinya?” “Boleh. Dianjurkan mempelajarinya bagi setiap orang yang mendengarnya,” jawab beliau.
Sementara itu, mengamalkan asmaul husna berarti meniru sifat setiap nama Allah SWT dalam praksis kehidupan. Kita harus menjadi pribadi yang pengampun karena Allah SWT Maha Pengampun. Begitu juga kita harus berbagi rezeki karena Allah SWT Maha Pemberi Rezeki. Namun pada saat tertentu kita boleh saja jadi pemaksa jika diperlukan seperti Allah SWT Yang Maha Pemaksa (al-Jabbar).
Terakhir, asmaul husna itu indah saat dibaca, maka mari kita kontinu dan kosisten membacanya. Asmaul husna itu menyegarkan kalbu dan berpotensi mencerahkan pikiran, maka mari kita tadaburi. Agar lebih menghunjam dalam membaca dan mentadaburinya, mari kita hafal selagi kita bisa. Inilah kiranya makna menjaga asmul husna yang berpahala surga.