REPUBLIKA.CO.ID, EDMONTON -- Keinginan berhaji ialah panggilan hati bagi sebagian Muslim. Di Indonesia, Muslim harus sabar menunggu bertahun-tahun agar bisa berangkat haji. Kabar haji terbatas tahun ini akibat pandemi Covid-19 sontak membuat sedih calon jamaah haji.
Hal serupa dirasakan pula oleh Muslim asal Kanada Waseem Ashtikar. Manajer restoran Boston Pizza di Edmonton itu telah menabung selama beberapa tahun agar dirinya dan istrinya bisa berhaji. Ia ingin menunaikan rukun Islam kelima.
Sayangnya, keinginan Ashtikar tinggal rencana saja setelah Arab Saudi memutuskan hanya pemukim yang bisa berhaji tahun ini. Hati Ashtikar hancur saat tahu gagal menunaikan haji tahun ini. Usaha menabungnya selama empat tahun belum mewujudkan impiannya.
"Ini jumlah tabungan yang besar di negara seperti Kanada, jika kami kembali ke rumah (India), tentu biaya (haji) lebih murah. Disini Anda perlu minimal Rp 270 juta untuk berhaji," kata Ashtikar dilansir dari CBC, Senin (27/7).
Muslim di Kanada dan Amerika Serikat biasanya membeli paket lengkap perjalanan haji dari perusahaan travel haji layaknya di Indonesia. Paket itu termasuk hotel, transportasi, makanan, dan tiket pesawat. Harga paket bervariasi tergantung kedekatan dengan Masjidil Haram, transportasi dan pilihan makan.
Calon jamaah haji Kanada lainnya, Khadija Farooq bernasib lebih beruntung. Ia tak menginvestasikan semua tabungannya untuk berhaji. Patologis asal Edmonton itu sudah dua tahun belakangan menabung untuk biaya haji seharga Rp 238 juta.
Walau sudah semahal itu, paket haji belum termasuk tiket pesawat. Bahkan lokasi hotelnya amat jauh dari masjid dan minim transportasi.
"Sungguh mahal dan butuh komitmen untuk menabung sampai jumlah itu," ucap Farooq.
Farooq baru mendepositkan Rp 2 juta ke travel haji itu. Ia belum berencana membayarkan penuh.
"Kami beruntung belum bayar penuh, tapi saya tahu sebagian Muslim tak seberuntung kami," ujar Farooq.