REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pangeran Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed Al Nahyan bakal memberikan hadiah pembangunan sebuah masjid di Kota Solo, Jawa Tengah. Desainnya mirip Sheikh Zayed Mosque yang diperkirakan termegah di Indonesia.
"Rencana pembangunan masjid dengan ornamen mirip salah satu masjid termegah di dunia, Sheikh Zayed Mosque di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) itu, merupakan rangkaian panjang dari sebuah lobi internasional antara Pemerintah Indonesia dengan UEA," kata Setyo Wisnu Broto selaku utusan Kedutaan Besar Indonesia, di Abu Dhabi, di sela acara pengukuran tanah dan penentuan arah kiblat, di Gilingan Solo, Jateng, Kamis (9/7).
Menurut Setyo Wisnu, UEA beberapa waktu lalu melalui Pangeran Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang cukup tertarik terhadap Presiden Joko Widodo. Sehingga, beliau atas inisiasi dari Duta Besar Indonesia di UEA, Husin Bagis, terjadi sebuah terobosan yang luar biasa.
Menurut Wisnu, investor negara Timur Tengah yang sering ragu-ragu menanamkan modalnya di Indonesia kini ada perubahan besar. Hal itu karena UEA merupakan salah satu negara kaya di Timur Tengah sangat tertarik investasi di Indonesia.
Wisnu yang mewakili Kedubes Indonesia di UEA, menyebutkan, warga Arab kalau berkenan ingin memberikan hadiah salah satunya masjid untuk Indonesia yang akan dibangun di lahan sekitar tiga hektare di Kota Solo, Jateng atau tempat kelahiran Presiden Joko Widodo.
Pangeran Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed Al Nahyan tersebut tidak hanya ingin membangun sebuah masjid, tetapi juga Islamic Center. Masjid indah di dunia itu, nanti desainnya akan diberikan oleh Indonesia.
"Ini suatu penghargaan yang luar biasa untuk Indonesia," katanya.
Wisnu menjelaskan pembangunan masjid di Solo tersebut sebenarnya awal dari UEA untuk masuknya investasi negara Timur Tengah ke Indonesia. Jadi selama ini, seakan-akan investor yang masuk ke Indonesia hanya dari China.
Pangeran Mohammed bin Zayed dan Pemerintahan UEA sangat tertarik investasi di Indonesia antara lain di bidang ketahanan pangan dan ketahanan energi di Indonesia. "UEA sangat tertarik untuk pembangunan kilang minyak seperti di Cilacap, dan mereka relatif lebih simpel cara investasinya," kata Wisnu.
Wisnu menjelaskan rencana pembangunan masjid yang diperkirakan termegah di Indonesia tersebut membutuhkan lahan sekitar tiga hektare, dengan anggaran akan disesuaikan dengan kebutuhan di Indonesia. Kini sedang tahap lelang, dan insya Allah, peletakan batu pertama akan dilaksanakan pada Desember mendatang.
"Untuk dana pembangunan masjid akan menyesuaikan kebutuhan di Indonesia. Jadi untuk pelaksanaan oleh Pemerintah Indonesia dan pihak UEA sebagai supervisi. Karena desain harus bisa mirip masjid di Abu Dhabi," kata Wisnu salah satu pebisnis asal Solo di pasar UEA.
Kepala Kantor Kemenag Surakarta Mustain Ahmad menyambut baik pembangunan mesjid sumbangan pemerintah UEA itu. "Kami bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat di Surakarta menyambut baik dan luar biasa. Hal ini, bentuk ekspresi dan antusiasme umat beragama khususnya umat Islam," kata Mustain.
Menurut Mustain, petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) kini sedang melaksanakan pengukuran dan penentuan arah kiblat. Kegiatan itu juga dihadiri Ketua NU Kota Surakarta Mashuri, Ketua MUI sekaligus Ketua Muhammadiyah Surakarta, KH Subari.