Kamis 02 Jul 2020 04:55 WIB

ISIS Hancurkan Situs Islam, Amerika Serikat Lindungi?

Amerika Serikat berada di lokasi saat terjadi penghancuran situs Islam bersejarah.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Amerika Serikat berada di lokasi saat terjadi penghancuran situs Islam bersejarah. Patung Saddam diruntuhkan di Baghdad pada 2003
Foto:

Namun sayangnya, Raymond tidak dapat membuktikan kunjungan pribadinya saat di situs-situs arkeologi karena alasan keamanan. Kala itu, dia diberitahu oleh anggota staf di museum nasional Irak di Baghdad dan yang lainnya, bahwa tempat-tempat itu telah dijarah secara sistematis melalui pengaturan korup yang diduga dibuat oleh keluarga Saddam Husein sendiri. Penjarahan berlanjut setelah rezim Saddam digulingkan.

Insiden yang paling terkenal adalah penjarahan Museum Irak di Baghdad. Saat terjadi insiden tersebut, tidak ada perlindungan Amerika Serikat. Amerika Serikat saat itu diserang pers karena dianggap lalai menjalankan tugas.

Namun, menurut Raymond, dari percakapannya dengan staf museum tersebut, dia menemukan bahwa unit pasukan Amerika Serikat, dilengkapi dengan setidaknya satu tank, sebenarnya telah datang ke bundaran di samping museum untuk menjaga museum tersebut di awal periode ini. 

Namun, mereka tampaknya telah ditarik setelah terjadi baku tembak dengan sekelompok gerilyawan Fedayeen Saddam yang telah mengambil alih museum. Raymond diberitahu, bahwa salah satu dari orang-orang bersenjata itu telah diterbangkan dari sebuah tonggak menara Assyrian di pintu masuk, seperti yang dibuktikan oleh sebuah lubang besar di atas gerbang yang melengkung. 

Dengan kata lain, Raymond menyebut bahwa pasukan Amerika Serikat tidak meninggalkan lembaga yang tidak berdaya tersebut. Namun, mereka mundur dari satu tempat yang diduduki oleh pejuang musuh.

"Sekitar sepekan kemudian, pasukan Amerika kembali untuk mengamankan museum dan pekarangan. (Apa yang saya dengar dari staf museum terdengar sangat mirip dengan laporan yang dilaporkan Letnan Kolonel Eric Schwartz dengan tindakan yang diambil oleh unitnya sendiri dari Divisi Infanteri Ketiga Amerika Serikat pada malam 9 April 2003)," katanya. 

Namun demikian, Raymond menekankan bahwa puing-puing paling parah dari warisan budaya Irak tidak terjadi saat itu atau bahkan selama pemberontakan panjang dan berdarah setelah invasi 2003.

Dia mengatakan, penghancuran berat justru terjadi selama pendudukan empat tahun (2014-2018) oleh kelompok Negara Islam (ISIS), yang sebagian besar di Irak barat dan barat laut.

Kelompok tersebut secara sistematis meledakkan atau menghancurkan segala sesuatu dari sisa-sisa kota kuno Nimrod di Provinsi Ninawa (Nineveh). Mereka menghancurkan masjid dan gereja abad pertengahan, museum barang antik di Mosul, dan banyak perpustakaan serta koleksi dokumen. Belum lagi, tindakan pembunuhan dan perbudakan dari orang-orang Kristen, Yazidi, dan minoritas agama lain yang sudah jauh berkurang. Mereka dianggap kelompok Negara Islam sebagai sesat.

Raymond lantas menyebut bahwa perang untuk membebaskan Irak dari momok kelompok Negara Islam telah memberikan harapan bagi pemulihan sejumlah situs budaya utama di negara itu. Itu termasuk masjid, gereja, biara, dan lainnya. Seperti yang kini dilakukan oleh badan-badan seperti University of Pennsylvania Museum. 

photo
Masjid Agung al-Nuri di Mosul, Irak, 7 Agustus 2017. - (REUTERS/Suhaib Salem )

Menurut Dr Richard Zettler di museum tersebut, saat berbicara dengannya pada 21 Februari 2020, proyek mereka tidak terbatas mencakup situs arkeologi, tetapi juga monumen budaya lainnya. 

Zettler mencatat, bahwa Badan Pembangunan Internasional AS di Irak utara sedang memulihkan Masjid al-Nuri di Mosul. Masjid ini sempat menjadi tempat Abu Bakar al-Baghdadi mendeklarasikan keberadaan kekhalifahan ISIS pada Juli 2014. Namun, Masjid al-Nuri kemudian diledakkan oleh para pejuangnya saat mereka mundur dari kota Mosul pada 2018. 

 

Selain itu, Angkatan Darat Amerika Serikat, dalam kemitraan dengan Smithsonian Institution di Washington, DC, akhir-akhir ini mendirikan sebuah organisasi baru, Satuan Tugas Warisan Budaya (Cultural Heritage Task Force). Organisasi tersebut berfungsi untuk melindungi situs dan artefak yang dirusak dalam perang yang sedang berlangsung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement