REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Presiden Tunisia Kais Saied memiliki kejutan karena hasil kaligrafi dalam setiap korespondensi hasil tulisan tangannya. Dilansir di Salaam Gateway, Senin (22/6) keahliannya menulis kaligrafi Saied berkat keseriusannya belajar dengan ahli kaligrafi Tunisia terkenal Omar Jomni.
Kabar ini menjadi viral ketika media sosial memperlihatkan gambar dari surat presiden yang ditulis tangan di atas kertas resmi tidak lama setelah ia menjabat pada Oktober tahun lalu. Presiden kemudian merilis sebuah video yang memperlihatkan dia menulis di buku tamu untuk membuktikan Saied telah menulis sendiri dokumen-dokumen itu.
"Presiden menulis korespondensi resmi dalam aksara maghrebi dan surat pribadi dalam diwani", kata Jomni, merujuk pada dua bentuk kaligrafi Arab.
Pengakuan kaligrafi presiden telah menghangatkan hati para seniman, kata Jomni, memberi mereka harapan untuk masa depan yang lebih cerah untuk bentuk seni yang seperti buku tertutup. "Hari ini, setelah revolusi 2011, generasi muda ahli kaligrafi menyerukan penciptaan kembali bentuk seni untuk mencerminkan semangat zaman sehingga tidak berkarat dan ketinggalan jaman," kata Karim Jabbari.
Seniman berusia tiga puluhan ini dikenal secara internasional karena karya kaligrafinya yang berskala besar, sering dibuat dengan cahaya menggunakan fotografi exposure panjang atau dalam bentuk mural. Menurut Kepala institut kaligrafi itu, Abdel Jaoued Lotfi. Ini terjadi karena kaligrafi di Tunisia tidak memiliki keunggulan yang dinikmati di beberapa negara Arab lainnya. Dengan kurangnya instruktur, kursus kemungkinan harus berakhir tahun ini.
"Tidak ada cukup kaligrafi profesional di Tunisia, kamu bisa menghitungnya di satu tangan dan mereka bekerja dalam kondisi berbahaya." kata master kaligrafi Jomni, yang berusia 60-an.
Sebanyak 16 negara Arab, termasuk di dalamnya Tunisia, Mesir, Irak, dan Arab Saudi, telah menyiapkan proposal untuk menuliskan kaligrafi Arab yang tercantum dalam daftar warisan budaya tak benda kemanusiaan UNESCO. Ini adalah kesempatan untuk mempertimbangkan kaligrafi sebagai budaya dan warisan hidup, bukan hanya sebagai keterampilan teknis yang sederhana", kata Imed Soula, seorang peneliti yang mengawasi pengajuan Tunisia ke badan budaya PBB.
Dia mengatakan praktik kaligrafi Tunisia yang mulai memudar, yang secara tradisional melihat seniman seperti tembaga atau batu, juga dikaitkan dengan meningkatnya penggunaan teknologi baru, beberapa di antaranya telah membuatnya menjauh dari dimensi seni pertunjukannya.
https://www.salaamgateway.com/story/tunisian-artists-call-for-reinventing-calligraphy