REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Seringkah kita saat membaca Alquran, hati ini biasa-biasa saja? Atau saat mendengarkan suara Alquran, suara tersebut berlalu begitu saja, tanpa ada pengaruh sedikitpun pada keimanan kita.
Atau saat melakukan apapun, jarang ingat Allah SWT, Kecuali hanya ketika sholat dan pengajian, itupun kalau tidak banyak melamunnya. Atau saat menerima ilmu tentang halal haram yang "tidak sesuai selera", hati ini terasa agak berat mentaatinya.
"Tanpa kita sadari, sebenarnya itulah hasil dari produk pendidikan berbasis sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) yang bertahun-tahun kita rasakan saat ini," kata Pimpinan Pesantren Tahfizh Mutiara Darul Quran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ustadz Teguh Turwanto, kepada Republika.co.id, Sabtu (20/6).
Sekularisme itu, kata dia, di mana kurikulum dan pengajarannya tidak menghadirkan Allah SWT pada diri muridnya, karena agama dipisahkan dari pelajaran lainnya. Pendidikan saat ini sangat memprihatinkan, jauh dari agama.
Kalaupun ada agamanya, kata dia, kurikulumnya dibuat dan diajarkan ala kadarnya seolah-olah hanya sekedar formalitas.
Pantaslah out put yang dihasilkan pun sangat jauh dari harapan yakni menghasilkan generasi yang berkepribadian rusak, doyan korupsi, narkoba, seks bebas, anti Islam, dan masih banyak lagi lainnya.
"Lebih aneh lagi ada yang menganggap bahwa adanya kurikulum agama di sekolahlah yang membuat masalah bagi negeri ini. Pendapat yang sangat jauh dari bagaimana cara menyelasaikan masalah dengan benar," katanya.
Ustadz Teguh kembali mencontohkan, ketika belajar sains misalnya, tidak ada satupun kata "Allah SWT" dan satu ayat Alquran pun yang dituliskan dan disampaikan para guru, karena dianggap pelajaran sains bukanlah pelajaran agama. Mereka beranggapan kata tersebut hanya cocok di pelajaran agama.
Masalah ini, katanya, karena ternyata, di pelajaran agama pun kata "Allah" tersebut hanya disampaikan formalitas, tidak membuat muridnya berfikir merenung dan merasakan keagungan dan kehebatan-Nya, kecuali hanya hafalan. Rukun iman dan rukun Islam sekadar dihafalkan tanpa membekas sekiditpun pada dorongan iman dan amal.
Belum lagi banyaknya kurikululum yang diajarkan bertentangan dengan Islam, teori-teori Barat seperti ekonomi kapitalisme sangat tidak menghadirkan Allah pada diri muridnya, yang ada hanya sifat rakus terhadap dunia.
"Hadirkanlah selalu Allah pada diri murid-murid dan anak-anak kita di setiap pengajaran dan kegiatan apapun, agar mereka selalu ingat kepada-Nya," katanya. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS Al Ahzab: 41-42). Dalam surat lain dijelaskan:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ لَآياتٍ لِأُولِي الْأَلْبابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّار
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal (ulil albaab), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan duduk dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berakata, 'Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS Ali Imran: 190-191)