Senin 15 Jun 2020 15:38 WIB

Dosen Alumni Al-Azhar Mesir Berbagi Kiat Jurnal Akademis

Para dosen alumni Al-Azhar Mesir berbagi pengalaman jurnal.

 Suasana Masjid Al-Azhar yang terletak di kawasan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir.   (Republika/Agung Supriyanto)
Suasana Masjid Al-Azhar yang terletak di kawasan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Para dosen yang tergabung dalam Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) cabang Indonesia sukses menggelar sharing publikasi internasional pada akhir pekan lalu, Sabtu (13/6), melalui aplikasi zoom.             

Ketua OIAA cabang Indonesia, TGB Dr Zainul Majdi, MA menyegarkan memori para dosen Azhariyin terkait kapasitas mereka sebagai dosen. TGB menegaskan Azhariyin sampai kapan pun adalah muta'allim dan bāhits secara bersamaan.   

Baca Juga

Dia menjelaskan, seorang Azhary harus selalu terpacu untuk belajar dan menjadi pembelajar yang baik dan pada saat yang sama harus menjadi peneliti yang andal. 

Sebagai kelompok terpelajar para dosen alumni Al-Azhar harus berkontribusi secara nyata bagi pembangunan bangsa sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. 

“Tradisi belajar yang didapat saat studi Al-Azhar harus menjadi kekuatan dan modal dalam melakukan riset-riset yang berkualitas,” kata dia. 

Dalam paparannya, TGB juga mengungkapkan optimismenya terhadap para dosen alumni Al-Azhar akan kapabilitas mereka sebagai para peneliti dan penulis yang produktif.  

Guru besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dr Syihabudin Qalyubi, berbagi pengalamannya terkait strategi menuju guru besar.

Alumni Universitas Al-Azhar Mesir ini harus memahami secara tepat makna linearitas dalam konteks jabatan fungsional. Pendidikan yang ditempuh, karya-karya yang dipublikasikan dan penugasan adalah tiga hal penting dalam konteks linieritas yang harus menjadi perhatian dalam perjalanan menuju guru besar. 

Prof Syihab menyarankan para dosen alumni Al-Azhar tidak abai terhadap aturan dan pedoman terkait jabatan Guru Besar. Hal ini agar cita-cita menjadi guru besar dapat terwujud dengan lancar dan tanpa hambatan.   

Selanjutnya, Prof Syihab menyarankan dibentuk grup-grup penelitian sesuai bidang keilmuan masing-masing. Dan yang tak kalah pentingnya menurut beliau adalah upaya mengetuk pintu langit agar semua ikhtiyar mendapat ridha dan kemudahan dari yang Mahakuasa. 

Agak berbeda dengan Prof Syihab, narasumber kedua Prof Dr Eka Putra Wirman, yang juga menjabat Rektor UIN Imam Bonjol Padang mengawali paparannya dengan nasehat agar setiap dosen alumni Al-Azhar jangan membiarkan peluang menjadi guru besar terlewatkan begitu saja. 

Keahlian yang dimiliki tiap khirrīj harus diwujudkan dalam bentuk kontribusi akademik yang berkualitas sehingga memudahkan saat pengajuan usulan guru besar.  

Terkait publikasi internasional, Guru Besar Bidang Akidah Filsafat ini mengajak para dosen alumni Al-Azhar beradaptasi dengan sistem yang berlaku saat ini.  

Dalam bahasa lebih akademik, beliau menggambarkan bahwa antara al-Ashālah dan al-Mu'āshirah harus ditampilkan dalam format interkoneksi dan dialektik dalam publikasi Ilmiah internasional saat ini.  

Dia mengingatkan alumni Al-Azhar yang kenyang dalam tradisi al-ashalah dan turāts harus mampu melandingkannya ke dalam studi-studi kontemporer saat ini. Tradisi nash yang kuat dalam model studi di Al-Azhar harus didialogkan dengan realitas yang selalu dinamis.  

photo
Jurnal Ilmiah. Ilustrasi - (scientificjournal.com)

Pakar ekonomi Islam dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, M Arief Mufraini, PhD,  berbagi tentang hal-hal penting yang merupakan kata kunci dari strategi publikasi ilmiah Internasional. 

Menurutnya jangan sekali-kali merasa sulit dalam mempublikasikan hasil riset di jurnal-jurnal Internasional mengingat sudah sangat banyak aplikasi dan software yang dapat memenuhi kebutuhan para periset dalam publikasi karyanya yang disebut dengan artificial intelligent.  

Aplikasi seperti Mendeley, Gramarly, Zotero, dan sejenisnya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam memproduksi sebuah artikel publikasi di jurnal Internasional. Artinya tidak ada alasan bagi para dosen alumni abai terhadap publikasi ilmiah internasional.

Meski diakuinya bahwa hasil riset yang dipublikasikannya di journal-journal terindeks Scopus berbau positivistik, itu tidak berarti bahwa para dosen alumni boleh menutup mata darinya. 

Dalam bidang ekonomi Islam model riset positivistik juga sangat bermanfaat untuk mengenalkan sistem keuangan syariah kepada khalayak global seperti yang dilakukannya saat melakukan riset ekonomi Islam di Negeri pizza Italia.  

Sementara itu, berlatar belakang pengajar di ANU Australia dan editorial board jurnal internasional bereputasi, Eva F Nisa, PhD memberikan tips-tips dan strategi publikasi di jurnal internasional. “Hati-hati dengan jurnal predator agar tidak mengalami kerugian publikasi,“ kata Eva . 

Menurutnya untuk menghasilkan publikasi yang baik, setiap dosen harus menumbuhkan passion dalam riset dan publikasi karena ini adalah modal bagi kelanjutan kerja-kerja riset seterusnya.  

Jadikan riset dan publikasi itu sebagai aktifitas yang menyenangkan bukan aktifitas menakutkan apalagi membosankan. Hanya ada dua pilihan bagi dosen publish or perish. 

Artinya tanpa publikasi keberadaan seorang akademisi itu dipertanyakan tapi dengan publikasi nyatalah keberadaan seorang akademisi.  

Hal ini juga ditegaskan kembali Ai Fatimah Nur Fuad, PhD. Publikasi harus berasal dari riset yang baik yang dilakukan dengan prosedur yang baik. Karena itu pesannya jadikanlah kegiatan riset sebagai awalan dari kerja publikasi. 

Riset yang baik akan memudahkan dosen dalam penyiapan artikel publikasi dan memberi peluang lebih besar untuk diterima jurnal bereputasi. 

Ciptakan aspek kebaruan dari artikel riset yang disiapkan agar kontribusi keilmuannya terlihat nyata dan menarik hati para editor untuk menerbitkannya.  

Sedangkan Saifudin Zuhri, PhD berbagi pengalaman publikasinya di jurnal internasional. Meski dengan suara terputus-putus karena tidak stabilnya sinyal di kotanya, Saifudin berhasil menggugah para peserta tentang bagaimana merumuskan teori dan argumentasi dalam artikel publikasi internasional. 

Dalam paparannya menunjukkan bahwa tema-tema biasa dalam kajian Islam bisa berubah menjadi luar biasa dan menarik khalayak global jika dikemas dengan organisasi artikel yang sistematis dan argumentatif.   

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement