Ahad 07 Jun 2020 10:52 WIB
Komunis

Sarekat Islam: Jejak Awal Perseteruan Islam Dan Komunis

Jejak Awal Perteruan Islam Dan Komunis di Indonesia

Cokro Aminoto dalam sebuah pertemuan Sarekat Islam
Foto:

Dalam catatan sejarawan MC Ricklefs soal pendirian PKI yang berawal dari Sarekat Islam sempat di bahas dalam bukunya ‘Mengislamkan Jawa’. Dia menulis begini:

Sebuah organisasi radikal yang mulanya dipimpun orang Eropa berkembang menjadi organisasi Komunis yang dipimpin orang Indonesia (yang sebagian besarnya orang Jawa) pada 1920; pada 1924, organisasi ini mengadopsi nama Partai Komunis Indonesia (PKI). Konstituensinya berasal dari kalangan ‘abangan’, baik dari antara kaum proletraiat yang jumlahnya terus berkembang di kota-kota di jawa maupun di antara para oetani kecil.

Kaum komunis mengakui tradisi–tradisi Jawa yang ingin menyesuaikan diri dengannya. Di dinding-dinding gedung yang dijadikan tempat berlangsungnya konggres PKI di Semarang pada 1921, tegantung lukisan Dipanegara dan para pembantunya, yakni Kyai Maja dan Sentot, berdampingan dengan potret Marx, Lenin, Trotsky dan Risa Luxembrug.

Namun demikian PKI meripakan sebuah organisasi yang kurang memiliki koherensi dan disiplin internal sehingga menjadi subyek pengawasan serta penyusupan agen pemerintah. Pada 1926-7, PKI mendalangi pemberontakan terhadap rezim kolonial yang berakhir dengan kegagalan total sehingga keberadaanya ditumpas –- episode 1926 ini yang pertama dari tiga episode kelam sejarah PKI di Indonesia, yakni pada 1948 dan 1965.

Menjelang kehancuran PKI, seorang pemimpin muda yang karismatis bernama Sukarno –yang kemudian menjadi presiden setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya –mendirikan sebuah partai nasionalis pada 1927 yang pada tahun 1928 menjadi Partai Nasioalis Indonesia (PNI). Konstituennya, seperti PKI berasal, dari kalangan ‘abangan’.

Karikatur Sarekat Islam tahun 1915.

Tetapi pemberontakan PKI yang gagal tersebut telah menyembunyikan alarm kaum Eropa. Pemerintah kolonial kemduian membatasi kebebasan yang sebelumnya ditunjukan semasa Politik Etis. Organisasi-organisasi politik diawasi secara ketat dan bisa dibubarkan secara sewenang-wenang. Sukarno dan para tokoh elit politik lokal lain keluar masuk penjara dan tempat pengasingan. Pemerintah –dengan dukungan dan sebagian besar kaum priyayi adminstratif –melakukan segala cara untuk mencegak agitator anti-kolonial mendapatkan akses ke massa baik di perkotaan maupun pedesaan.

Sementara itu pertengkaran yang merugikan di antara sedikit kalangan elite anti-kolonial terus berlangsung dengan getirnya.

                                     *****

Jadi inilah asal mula persaingan –bahkan permusuhan—yang laten dari kekuatan islamis dan komunis yang memang sudah sangat lama dan berdarah-darah jejaknya. Pertarungan ini bisa juga menjadi salah satu penanda terjadinya polarisasi umat Islam menjelang tahun-tahun berat semasa ‘Depresi Besar’ (krisis ekonomi dunia tahun 1930) atau juga masa setelah usainya pandemi flu Spanyol yang mengangkangi dunia pada 1918-1920.

Maka, kalau sekarang sekarang terjadi lagi sebenarnya sejarah seperti kata orang Prancis memang selalu berulang. Apalagi situasi global dunia sangat mirip. Lalu apa yang sejatinya baru di bawah terik matahari? Lalu apa ada yang bisa menahan perubahan dunia?

Jawabnya, seperti kata syair lagu pop Ebiet G Ade: Coba kita tanya pada rumput yang bergoyang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement