Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Pemberontakan PKI, baik di Madiun di 19 September 1948 maupun pada 1 Oktober 1965 sangat membekas dalam benak umat Islam. Bahkan, sampai kini masih banyak yang bertanya mengapa PKI selalu menargerkan ulama dan pesantren sebagai sasarannya.
Tak semuanya memang tahu bila hal itu imbas ketika Sarekat Islam pecah jadi dua, yaitu Sarekat Islam Hijau dan Sarekat Islam merah. Kala itu, Agus Salim tegas mengatakan tak ada lagi ada dobel keanggotaan di Sarekat Islam. Maka Sarekat Islam merah kemudian memisahkan diri dan disitulah kemudian muncul organisasi PKI yang kala itu pusatnya ada di Semarang.
Rupanya akibat perpecahan ini berdampak panjang. Hubungan kedua organisasi ini ternyata meregang dan terus menegang. Tak ayal lagi bila ketika terjadi Pemberontakan PKI di Madiun salah satu sasaran utama mereka selain para kaum birokrat yang dianggap tidak revolusioner karena sisa aparat Belanda, kalangan ulama dan pesantren di Madiun menjadi sasaran. Pondok pesantren Takeran yang letaknya tak jauh dari bandara Iswahyudi Madiun dan berada di tengah area kompleks perkebunan tebu target amuk utama.
Mengapa pesanten Takeran penting bagi gerakan Komunis saat itu? Ini karena di pesantren itulah menjadi awal usaha menyatukan umat Islam. Di Pesantren itulah pada zaman Jepang gagasan pendirian organisasi Masyumi dibentuk. Para ulama kala itu membahas dan menyusunnya di pesantren ini.
Hubungan antara Pesantren Takeran yang juga menjadi pesantren yang diasuh keluarga tokoh pers Dahlan Iskan dan mantan ketua MPR Kharis Suhud ini masih terjejak sampai kini. Beberapa tahun lalu ketika penulis menyambangi pesantren itu lambang Partai Bulan Bintang yang mengeklaim sebagai kelanjutan Masyumi masih bisa ditemukan di sana. Lambang partai berlambang Bulan Bintang itu terpacak pada sebuah tembok di pesantren tersebut.
''Memang di pesantren kami inilah dahulu Masyumi digodok. Para ulama penting semua hadir di sini. Nah, kalau soal pemberontakan PKI Madiun saya ingat jelas pesantren kami jadi korban. Saya masih ingat ketika ada seorang tokoh PKI di kawasan Takeran dengan berbaju merah sembari mengendari jeep menjemput pengash pesantren kami, Kiai Mursyid. Setelah itu beliau hilang dan jasanya tidak ditemukan,'' kata pengasuh pondok pesantren Takeran, KH Zakaria, beberapa tahun lalu.
Lanjutkan membaca pada halaman berikutnya..