REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemain gim (gamer) Zahra Fielding tak pernah berharap gim yang diunduhnya tentang Ottoman mengenalkannya pada teman-teman baru, apalagi Islam. Gim itu telah menarik perhatiannya. "Saat saya pertama kali mengunduh gim itu karena saya penasaran menemukannya di Facebook, dan itu benar-benar iklan yang sangat salah. Tak mungkin ada gim seperti ini, yang melakukan itu semua, berbicara tentang wanita dengan cara itu," ujar Zahra seperti dilansir ABC News, Sabtu (23/5).
Gim itu adalah Game of Sultans, sebuah gim bermain peran simulasi kerajaan. Dalam iklannya, gim itu membuat pemainnya berupaya tetap menjadi penguasa kekaisaran Ottoman. Gim ini mengajak pemainnya menjalin aliansi dan memerangi lawan.
Gim itu juga mendorong pemainnya mengumpulkan wanita, memilih istri dan selir serta membina pewarisnya. Namun demikian, Zahra mengatakan gim itu ternyata tak seperti yang ditunjukan dalam iklan yang dipublikasikan.
Ketika Zahra mulai bermain gim itu, ia bergabung dengan tim berisi gamers lainnya yang berasal dari Australia dan Asia. "Mungkin gamers datang pada saat yang penting dalam hidup saya. Saya benar-benar kesepian dan merasa kehilangan. Seperti tak bahagia dalam karir, tak bahagia dalam kehidupan pribadi, saya lajang untuk waktu yang sangat lama. Dan saya baru saja bertemu dengan sekelompok orang yang luar biasa dari berbagai negara, di man saya tak pernah punya kesempatan terhubung dengan mereka seperti di sini," kata Zahra.
Dalam gim itu, Zahra pun berkenalan dengan Kim Assikin seorang gamer asal Singapura. "Ada koneksi yang cepat dengannya, saat kami mulai berkirim pesan. Saya tak tahu mengapa dan bagaimana, tapi masing-masing kami akan menyelesaikan setiap kalimat percakapan," katanya.
Tim Zahra dan Kim pun mulai serius membangun strategi dalam gim itu. Mereka pun membuat grup obrolan di Discord yakni platform yang populer di kalangan gamer yang juga menjadi tempat berbagi foto dan profil tentang diri mereka.
Kala itu Kim ragu-ragu, sebab dia adalah satu-satunya gamer yang mengenakan jilbab dalam timnya. "Saya sedikit khawatir, bagaimana nanti rekan tim saya memandang saya, apakah saya akan dihakimi karena agama saya?" kata Kim.
Namun akhirnya Kim memutuskan untuk jujur dengan rekan satu timnya. Sebab bagaimanapun, teman satu timnya dalam gim itu secara tak sadar telah membantunya melewati masa-masa sulit setelah Kim ditinggal ayahnya.
"Saya baru kehilangan ayah sebelum saya memulai gim itu. Berhubung mereka (teman dalam gim) memberi saya sedikit kedamaian, dan mengalihkan pikiran saya dari kehilangan ayah untuk sementara waktu, jadi saya pikir saya tak ingin berbohong kepada mereka. Saya yakin mereka bisa menerima saya apa adanya," kata Kim.