REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Melihat sejarah wakaf di dunia, ternyata wakaf memiliki peran begitu besar dalam pembangunan sumber daya manusia dan kesejahteraan. Sebagai contoh, wakaf produktif di Universitas Al-Azhar Mesir mampu mencetak ribuan ulama dan cendekiawan Muslim dari berbagai penjuru dunia. Mereka mendapatkan beasiswa dan asrama selama menuntut ilmu di Universitas Al-Azhar. Selain itu, pengelolaan wakaf di negara-negara Muslim lainnya juga memiliki dampak yang besar terhadap pembangunan manusia.
Menurut Deni Lubis, SAg, MA, Tim Pengelola Dana Lestari dan Wakaf IPB University, tidak hanya di negara Muslim, pengelolaan harta kekayaan di Barat yang mirip dengan wakaf juga banyak dilakukan. Biasanya dalam bentuk foundation dan dana yang dikelola dalam bentuk endowment.
“Contohnya Universitas Harvard. Perguruan tinggi pertama serta ternama di Amerika Serikat yang didirikan atas sumbangan seorang bernama John Harvard ini menyumbangkan sebagian besar hartanya dan 400 buku untuk mendirikan new college yang kemudian namanya diubah menjadi Harvard University untuk menghormati sang donatur. Pada tahun 2019 endowment fund atau sejenis dana wakaf yang dimiliki Harvard mencapai 40,9 miliar dolar AS. Ini merupakan dana pendidikan terbesar di dunia. Dana tersebut dikelola oleh lembaga profesional Harvard Management Company, Inc. Kita ketahui bersama sumbangsih Harvard begitu besar untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia menambahkan, pada masa sebelum kemerdekaan dan awal kemerdekaan, banyak anak negeri yang tidak bisa mengakses pendidikan formal. Hanya anak-anak dari kaum priyai dan anak pejabat kolonial yang dapat mengenyam pendidikan. Berdirinya ormas-ormas Islam yang membuka lembaga pendidikan formal dan informal dapat membantu anak-anak Indonesia mendapatkan pendidikan saat itu. Lembaga pendidikan yang didirikan ormas sebagian besar berasal dari wakaf, infak dan sedekah, terutama wakaf tanah dan bangunan.
“Lewat wakaf dan dana sosial keagamaan lainnya, organisasi kemasyarakatan (ormas) yang ada saat itulah yang mendidik anak-anak Indonesia ketika negara belum hadir dan belum mampu untuk memberikan pendidikan bagi rakyatnya. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan pertama Indonesia yang memberikan pendidikan yang terjangkau untuk umat saat itu dan sudah berdiri ratusan tahun sebelum negara ini ada,” jelasnya.
Ia mengemukakan, berdirinya ormas Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan lainnya yang disokong wakaf umat Islam membuat ormas terus mengembangkan kiprahnya dalam membangun sumber daya manusia. Sebagai contoh, NU memiliki ribuan pesantren dan puluhan perguruan tinggi yang sebagian besar berasal dari wakaf.
Muhammadiyah memiliki 174 perguruan tinggi dan 7.651 sekolah dan madrasah yang berdiri di atas wakaf. “Di samping lembaga pendidikan, ormas-ormas juga sudah mengembangkan rumah sakit, poliklinik, juga unit usaha, seperti minimarket, baitul mal wa tamwil (BMT), dan lainnya dari wakaf tersebut,” tuturnya.
Ia menjelaskan, karakteristik wakaf yang memiliki sifat keabadian dan terus berkembang, menjadikan manfaat wakaf akan terus mengalir dan tumbuh besar seiring perkembangan zaman. Dana zakat, infak, sedekah dan lainnya akan habis saat itu juga, karena memang diperuntukkan membantu kelompok yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara wakaf abadi dan terus berkembang.
“Sebanyak apapun zakat yang terhimpun akan habis, sementara sekecil apapun wakaf yang terhimpun akan terus ada dan berkembang. Semakin banyak wakaf yang terhimpun, maka manfaat dari wakaf akan semakin besar di masa yang akan datang. Oleh karenanya ketika kita menyiapkan masa depan umat yang baik, maka wakaf merupakan instrumen yang cocok untuk perbaikan umat manusia ke depan,” imbuhnya.
Menurutnya, manfaat wakaf diibaratkan seperti orang tua yang menanam pohon buah atau pohon kelapa yang panennya membutuhkan waktu lama, sementara dia sendiri belum tentu dapat menikmati hasil dari pohon yang ditanamnya. Namun dia yakin bahwa anak cucunya suatu saat akan menikmati buah tersebut dan mendapatkan manfaat dari pohon yang dia tanam. Semakin besar dan banyak pohon tersebut, semakin banyak buah yang dapat dinikmati di kemudian hari.
Sama halnya seperti di atas, Universitas Al-Azhar, Harvard University, Ormas NU, Muhammadiyah dengan lembaga pendidikan yang diawali dari wakaf tersebut kemudian berkembang besar dan besar, dimana pendiri awal dan donaturnya boleh jadi tidak merasakan dan melihat perkembangannya. Namun manfaatnya masih terus dirasakan oleh generasi sesudahnya dan generasi yang akan datang. “Wakaf merupakan instrumen untuk menyiapkan generasi yang lebih baik dan berkualitas di kemudian hari,” paparnya.