REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustadz Abdul Somad (UAS) menjadi rekan berbincang KH Abdullah Gymnastiar (AA Gym) dalam acara Bincang Ramadhan, Selasa (19/5). Dalam acara yang disiarkan di akun Youtube Aagym Official itu, UAS menceritakan bahwa dirinya merasa telah di-setting menjadi ustadz.
Pernyataan UAS itu bermula dari pertanyaan Aa Gym yang menanyakan apakah menjadi ustadz sudah menjadi cita-cita UAS dari kecil. UAS lalu menjawab bahwa dia memang dipesankan oleh kakeknya (ayah dari ibu UAS) supaya dirinya bersekolah di sekolah agama.
"Dari kecil saya sekolahnya madrasah terus, sampai terakhir sekolah. Jadi, saya seperti di-setting dari awal," kata UAS.
Kemudian, Aa Gym menanyakan apakah UAS ada keturunan kiai sehingga men-setting agar UAS bersekolah di sekolah agama. UAS kemudian menceritakan bahwa kampung kelahirannya itu dibuka pada 1901 oleh seorang ulama bernama Syekh Abdurrahman yang merupakan seorang ulama karismatik.
UAS mengetahui tentang perjalanan hidup Syekh Abdurrahman karena ada haulnya setiap tahun. Setiap tahun saat haul, ada pembacaan biografi Syekh Abdurrahman.
"Dulu (Syekh Abdurrahman) pernah belajar pada Syekh Wan Mustafa al-Fatani (Thailand). Kemudian, Syekh Abdurrahman dibawa oleh anak Wan Mustafa, yaitu Wan Daud, ke Makkah. Itu diceritakan terus," kata UAS.
Kebetulan, Syekh Abdurrahman ini adalah kakek dari ibu UAS. Karena itulah, ibu UAS ingin anak-anaknya mencontoh kegigihan Syekh Abdurrahman dalam beragama.
Kemudian, Aa Gym menanyakan kepada UAS, apakah sejak kecil sudah saleh dan apakah UAS juga seperti anak-anak lainnya. UAS menjawab bahwa orang tuanya berbagi tugas.
Ayahnya sibuk mencari nafkah sehingga pendidikan UAS banyak dibentuk ibunya. Oleh ibunya, UAS dibawa mendaftar ke SD. UAS ingat pada saat itu oleh kepala sekolah disuruh memegang telinga, tetapi ternyata UAS tak bisa memegang telinganya sehingga kepala sekolah tak mengizinkannya masuk SD.
"Kalau dipaksakan nanti jadi bodoh, otaknya tidak mampu," kata UAS menirukan ucapan kepala sekolah waktu itu.
Namun, UAS terus didaftarkan di madrasah. Orang di kampung menyebutnya sekolah Arab karena di sana belajarnya menggunakan tulisan Arab Melayu.
Sama seperti anak-anak lainnya, UAS mengatakan bahwa pada sore hari, anak-anak sepermainannya mandi di sungai dan main sepeda Kemudian, mereka juga menangkap ikan.
Suatu ketika, saat mandi di sungai, ada orang-orang yang pulang dari sawah. Salah seorang dari mereka memegang kening UAS. Orang itu berkata kepada UAS bahwa UAS kelak akan pergi ke Makkah.
Setelah di rumah, UAS menceritakan tentang peristiwa keningnya dipegang itu. Ibu UAS yang mendengar cerita itu hanya tersenyum-senyum.
Namun, peristiwa itu membuat UAS terngiang untuk pergi ke Makkah. Hal itu juga menjadi motivasi baginya.
Sampai suatu ketika UAS bermimpi pergi ke Makkah. Namun, dalam mimpinya itu, UAS tidak bisa bicara apa-apa. "Ini jadi obsesi saya untuk ke Makkah," kata UAS.