Senin 27 Apr 2020 18:09 WIB

'Spirit PSBB Sesuai dengan Syariat Islam'

Kemaslahatan besar yang harus dijaga oleh pemerintah yaitu memelihara jiwa manusia.

Petugas gabungan melakukan pemeriksaan kendaraan serta memperingatkan pengendara yang belum menerapkan sosial distancing dan memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap, di pos check point Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Grafika Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (27/4). Dengan adanya pos check point PSBB diharapkan masyarakat dapat mematuhi aturan pemerintah untuk memutus penyebatran wabah Covid-19
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas gabungan melakukan pemeriksaan kendaraan serta memperingatkan pengendara yang belum menerapkan sosial distancing dan memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap, di pos check point Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Grafika Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Senin (27/4). Dengan adanya pos check point PSBB diharapkan masyarakat dapat mematuhi aturan pemerintah untuk memutus penyebatran wabah Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR - Bulan suci Ramadhan akhirnya tiba, tapi ada yang berbeda dengan tahun sebelumnya karena adanya wabah virus corona atau Covid-19 yang terjadi saat ini. Meskipun sedikit berbeda, namun spirit puasa Ramadhan ini harus tetap sama seperti di bulan-bulan Ramadhan sebelumnya, yakni sebagai ruang untuk melatih diri untuk menjaga nafsu dan membatasi emosi negatif.

Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar Dr Muammar Bakry mengatakan bahwa dalam konteks saat pandemi Covid-19 ini, bulan Ramadhan kali ini bisa menjadi semangat dalam situasi Pembatasan Sikap Berskala Besar (PSBB) ini yakni membatasi fisik, membatasi perilaku dan membatasi hati dari hal yang dilarang oleh agama.

“Karena yang perlu diketahui posisi kita sebagai umat Islam tentunya ada perintah agama yang harus kita ikuti, pertama itu adalah perintah dari Allah. Yang kedua yaitu perintah dari Rasulullah. Dan yang ketiga adalah perintah ulil amri atau pemerintah sendiri,” ujar Muammar Bakry, di Makassar, akhir pekan lalu.

Dengan adanya wabah Covid-19 ini menurut Muammar, maka ada kemaslahatan besar yang harus dijaga oleh pemerintah yaitu memelihara jiwa manusia. Sehingga kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan adanya PSBB  ini adalah bagian dari tujuan utama dari kehadiran syariat Islam yang  sesungguhnya yaitu menjaga jiwa manusia dari marabahaya akibat Covid-19.

“Oleh karena itu kita selaku umat Islam tentunya sudah menjadi bagian dari mengikuti perintah Allah dalam mengikuti apa yang sudah disampaikan oleh pihak pemerintah untuk menjaga jiwa kita dari virus tersebut tadi. Ini yang harus kita pahami dan sikapi bersama,” ujar Wakil Rektor IV Universitas Islam Makassar (UIM) itu.

Lebih lanjut Kiai Bakry menjelaskan bahwa dengan kondisi saat ini umat Islam harus menyadari bahwa spirit keagamaan harus tetap dijaga meski tidak lagi dilaksanakan bersama dengan melibatkan banyak orang, Seperti shalat tarawih atau salat berjamaah di masjid.

“Oleh karena itu saya kira ibadah yang kita lakukan pada Ramadan kali ini sifatnya lebih personal. Puasa Ramadan kali ini dapat dijadikan pelajaran sekaligus ujian bagi umat manusia utamanya umat  Islam, untuk menahan nafsunya sehingga nilai dari puasa itu bisa kita wujudkan dalam semua sendi kehidupan kita ini,” kata Pemimpin Pondok Pesantren Multidimensi Al-Fakhriyah tersebut.

Selain itu, ia juga berharap kepada para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk bisa membantu pemerintah, yang mana dalam kondisi saati ini yakni dengan memberikan pengertian kepada umat masyarakat.

“Jadi kita tidak bisa hanya menyerahkan tugas besar ini kepada pemerintah saja. Sehingga peran tokoh  agama dan  tokoh masyarakat harus hadir di tengah masyarakat untuk bisa berperan aktif untuk menenangkan dan memberikan pemahaman dalam menyikapi PSBB dan kondisi saat ini,” tutur Dosen Ilmu Fiqih Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement