REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Saadi membeberkan beberapa kunci sukses terkait anjuran bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah, terutama saat menyambut bulan Ramadhan. Hal tersebut ia sampaikan pada Talkshow Coffee Break Indoensia yang diinisiasi Direktorat Pendidikan Tinggi Kegamaan Islam, Ditjen Pendis, Kemenag RI, Rabu (22/4).
Wamenag menuturkan, perubahan proses kerja menjadi Work From Home (WFH) tentu perlu menerapkan manajemen perubahan secara terencana dengan mempertimbangkan potensi konsekuensi dan rencana penanganannya demi tetap tercapainya sasaran atau hasil kerja yang dituju (result oriented).
Menurutnya, relaksasi atau proses kerja di tengah Covid-19 ini tetap harus memperhatikan ketersediaan sumberdaya (prasarana maupun sumber daya manusia), serta alokasi dan realokasi otoritas dan penanggungjawab proses.
"Kunci utama WFH adalah komunikasi yang efektif dan pembagian tugas dan kewenangan yang jelas dalam pelaksanaan, pengawasan, dan pelaporan," ujar Wamenag di hadapan ratusan peserta yang turut serta dalam Talkshow melalui aplikasi Zoom dan disiarkan langsung melalui channel YouTube DiktisTV tersebut.
Terkait Belajar dari Rumah, Wamenag meminta seluruh PTKI tetap mempertahankan proses pembelajaran sebagai transfer metode untuk memperoleh pengetahuan/ kebenaran secara akademik (epistemologi) antara pengajar dengan yang diajar. Tolak ukurnya adalah meningkatnya kesadaran literasi dan kemampuan mahasiswa mengartikulasikan kekayaan literasi pada lingkup studi tersebut.
"Dalam hal belajar di rumah mesti mempertimbangkan kondisi peserta didik dan pengajar. Kondisi-kondisi tersebut termasuk sumber daya, kreativitas metode pembelajaran dan penilaiannya, dan kondusivitas lingkungan saat pembelajaran online," tutur Wamenag dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Terkait Beribadah di Rumah selama Bulan Suci Ramadhan, Wamenag menjelaskan bahwa Kemenag RI akan terus terus berkonsultasi dengan seluruh tokoh agama dan ormas keagamaan yang relevan misalnya MUI, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah. Konsultasi itu bertujuan untuk suksesnya beribadah di rumah di bulan ramadhan sebagai strategi yang sesuai dengan protokol Nasional Covid-19, dan memastikan kegiatan ibadah yang dilakukan oleh umat di Ramadhan plus Covid-19 ini tetap memiliki pijakan syar’i yang kuat.
"Civitas akademika seperti profesor dan dosen PTKI, dengan kapasitas keilmuannya, dapat memberikan bimbingan positif kepada umat dalam menghadapi Ramadhan dan Covid-19 ini," pungkasnya.