REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga filantropi, Rumah Zakat sudah menginisiasi pembuatan masker kain semenjak kasus Covid-19 muncul di Wuhan, China. Sementara masyarakat kini telah diwajibkan menggunakan masker untuk menghindari diri dari virus corona (Covid-19).
"Pembuatan masker sudah sebelum ramai dari presiden yang mengatakan 2-3 orang yang di Depok (terkena virus corona). Ketika akhir tahun 2019, dan awal 2020 Rumah Zakat sudah menginisiasi produksi masker di desa berdaya sebanyak-banyaknya minimal satu juta masker," kata CEO Rumah Zakat Nur Efendi, Senin (6/4).
Masker dianggap sebagai poin penting bagi Rumah Zakat selama pandemi Covid-19. Produksi masker Rumah Zakat melibatkan Desa berdaya yang mencapai 1.800 titik pembuatan.
Ia mengatakan, produksi satu juta masker juga sudah dilihat dari kemampuan produksi dan modal dari Desa Berdaya. Di wilayah masing-masing Desa Berdaya memiliki motif masker yang berbeda-beda sesuai dengan daerahnya. Masker ini akan di bagikan di wilayah masing-masing dari Desa Berdaya.
"Model maskernya beda-beda kalau di Jogja maskernya khasnya menggunakan motif batik, ada juga yang polos menggunakan logo Rumah Zakat," kata dia.
Selama pandemi Covid-19, Rumah Zakat fokus untuk mengedukasi masyarakat agar tetap di rumah saja. Apabila ada kegiatan mendesak baru keluar rumah, itu juga harus menggunakan masker.
Selain itu, petugas medis juga mengalami kelangkaan pada Alat Pelindung Diri (APD). Untuk itu Rumah Zakat juga membagikan APD kepada tenaga medis di seluruh Indonesia, pada tahap pertama RZ telah membagikan 10 ribu APD.
Kemudian masyarakat kecil juga merasakan dampak dari pandemi corona, terutama dari segi ekonomi. Rumah Zakat turut memberikan bantuan sosial berupa sembako kebutuhan harian kepada masyarakat yang membutuhkan.
"Covid-19 masalah kita bersama, kita punya harapan dan keyakinan yang sama untuk keluar dari krisis ini. Kita hadapi bersama, yang punya berbagi kepada yang tidak punya, yang kaya berbagi kepada yang miskin, berbagi masker, APD, pangan dan sembako. Masyarakat bisa berbagi melalui Rumah Zakat yang sudah mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk laporan keuangan," ucap Efendi.
Selama 22 tahun, Rumah Zakat menjembatani 300 ribu donatur untuk berbagi kepada lebih dari 34 juta penerima layanan manfaat yang membutuhkan lewat program pemberdayaan terintegrasi bernama Desa Berdaya. Pada 2019, bersama para donatur, Rumah Zakat telah membangun 1.620 Desa Berdaya dari Aceh sampai Papua.Desa Berdaya merupakan program pemberdayaan masyarakat terintegrasi yang disesuaikan dengan potensi desa. Rumah Zakat menempatkan satu relawan inspirasi di desa berdaya yang bertugas mendampingi dan menjadi fasilitator pemberdayaan bagi warga desa. Untuk memajukan perekonomian warga, Desa Berdaya membangun Badan Usaha Milik Masyarakat (BUMMAS) yang memiliki beragam unit usaha.