Senin 06 Apr 2020 07:31 WIB
Hikmah

Kompromi dan Politik Islam

Kisah teladan dari Amerika Serikat Hingga Dua Orang Khalifah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berbincang dengan awak media Istana di Istana Merdeka.
Foto:

Semua itu dilakukan Umar dalam kerangka, untuk sebagian perbaikan moneter kerajaan yang telah rusak sebelumnya.  Menurut Yusuf, Bany Umayyah punya dua tujuan dalam kebijakan moneter. Pertama mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, sebagai kebanggaan gubernur karena berhasil mengumpulkannya. Kedua, memuaskan para pejabat dengan memberi mereka harta sebanyak-banyaknya.

Umar datang lalu mengubah semuanya, dengan risiko tidak menambah perbendaharaan kerajaan. Tetapi dengan menertibkannya saja telah menjadi lebih dari cukup untuk membiayai pemerintahan dan kehidupan rakyatnya.

Walau kebijakannya membebaskan budak, sehingga bisa bepergian sesuka mereka, menimbuilkan risiko berupa tanah yang dikelola mengecil dan pajak berkurang, Khalifah Umar bin Abdul Aziz  tak menghiraukannya. Ia lakukan itu sepenuhnya karena menaati perintah Islam.  Begitulah Umar disepanjang panorama pemerintahannya sejak tahun 717-720.

                       ****

Alkisah, pada suatu hari, Khalifah Umar dengan kejuhudan dan keadilan tiada tandingannya, menemukan anak-anaknya mengenakan pakaian kusam. Melihat itu air matanya mengucur, berlinang jatuh disudut-sudut pipinya.

Adanya Air mata Umar  tertangkap mata anak-anaknya. Lalu mereka berkata kepada ayahandanya: "Apa yang menyebabkanmu menangis wahai Amirulmukminin?

Jawab Umar: "Aku takut hatimu sedih ketika anak-anak yang lain melihatmu mengenakan kain compang-camping...?"

Anaknya kemudian menjawab:"Ayahanda, hati ini akan sedih jika tidak mendapatkan ridha Allah atau durhaka kepada ibu dan bapaknya. Bukan soal pakaian ini. Maka aaku harap Allah ridha kepadaku dengan ridha ayahanda kepadaku."

Bahkan ketika terbaring sakit menjelang ajalnya menjemput, seseorang yang bernama  Maslamah Bin Abdul Aziz menemuinya. Kepada Umar Maslamah berucap: "Wahai Amirulmukminin kau telah menjauhkan mulut anak-anakmu dari harta mereka yang telah ditetapkan. Kau membiarkan mereka menjadi beban karena tidak memiliki apa-apa?"

Mendengar pertanyaan itu Umar sembari berbaring menjawab, " Tolong dudukan aku dan panggil anak-anaku."

Maka anak-anak Umar yang jumlahnya 12 orang dianggil agar menemui ayahnya. Mereka mendekati Umar, sang Amirulmukminin. Dan ketika mendekat Umar tak kuasa menahan air mata juhudnya yang mengalir membasahi pipinya. Kemudian dia berkata: “Demi jiwaku yang muda aku meninggalkan mereka dalam keadaan tanpa harta.”

Setelah itu dia berkata:

"Maka wahai anak-anaku, sesungguhnya aku telah meninggalkan kebaikan untuk kalian dari Allah. Aku telah mempersembahkan kebaikan kepada umat ini melewati seorang muslim atau orang yang mengadakan perjanjian.

Wahai putra-putraku, aku telah memikirkan mana yang paling utama memberikan harta haram kepada kalian sehinga tidak perlu miskin, atau membiarkan kalian memperoleh rezeki sendiri dan menjauh dari neraka  dengan sifat warak. Kemiskinan kalian lebih baik daripada ayahanda kalian masuk jahannam barang sehari. Berdirilah wahai anak-anakku, semoga Allah memberi kalian rezeki dan melindungi kalian,'' kata Umar kepada para anaknya.

                              

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement