Jumat 20 Mar 2020 16:20 WIB

Momentum Tafakur

Tafakur adalah rekreasi hati dan upaya kesungguhan iman yang memadukan akal dan hati.

Orang yang senantiasa bertafakur terhadap ciptaan Allah termasuk ciri dari orang-orang yang berakal. (reuters)
Foto: reuters
Orang yang senantiasa bertafakur terhadap ciptaan Allah termasuk ciri dari orang-orang yang berakal. (reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Rajab

Wabah virus corona (Covid-19) merupakan ujian dari Allah SWT. Oleh karena itu, kondisi tersebut menjadi momentum penting untuk bertafakur. Tafakur maksudnya berfikir dan melakukan perenungan terhadap kebesaran Allah. Sekecil apapun ciptaan Allah seperti lalat, nyamuk, bahkan virus tidak akan pernah sia-sia dan pasti terdapat hikmah serta pelajaran di dalamnya (QS al-Baqarah: 26).

Tafakur merupakan sebuah ibadah. Orang yang senantiasa bertafakur terhadap ciptaan Allah termasuk ciri dari orang-orang yang berakal (QS Ali Imran: 190-191). Imam At-Thabari dalam tafsirnya mengatakan, maksud tafakur dalam ayat ini adalah mengambil pelajaran dari penciptaan Allah tersebut, memahami dan menyadari bahwa tidak ada yang bisa menciptakan ciptaan tersebut selain Allah SWT. 

Ayat-ayat atau tanda kebesaran Allah terbagi menjadi dua, al-ayat qauliyah dan al-ayat kauniyah. Al-ayat al-qauliyah adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang termaktub di dalam Alquran. Sementara al-ayat al-kauniyah adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar di alam semesta. Kekuasaan Allah yang ada di jagad raya termasuk di dalam diri kita hanya bisa dicerna dan dipahami dengan proses tafakkur (QS ar-Ra’du: 3).  

Tafakur adalah siyahah nuraniyah wa riyadhah imaniyah, rekreasi hati dan upaya kesungguhan iman yang memadukan akal dan hati untuk memahami kebesaran-Nya. Ibn Athaillah dalam Hikam-nya mengatakan, "Tidak ada yang berguna bagi hati selain uzlah (menyingkir dari pergaulan umum) yang disertai dengan kegiatan bertafakur.” 

Allah SWT membekali manusia dengan segenap potensi, seperti telinga, mata, hati dan akal pikiran agar digunakan untuk memikirkan dan merenungi kebesaran-Nya. Orang yang tidak mengoptimalkan potensi akalnya untuk bertafakkur atas tanda-tanda kebesaran-Nya bisa sama derajatnya dengan binatang bahkan bisa lebih rendah (QS. Al-A’raf: 179).

Ada lima jenis tafakur menurut mayoritas ulama. Pertama, tafakur dalam rangka merenungi ayat-ayat Allah. Dalam tafakur ini, seseorang harus ber-tawajjuh dan meyakininya.

Kedua, tafakur dalam rangka merenungi nikmat-nikmat Allah. Tafakur ini dapat melahirkan mahabbah atau cinta pada diri seorang hamba kepada-Nya. 

Ketiga, tafakur dalam rangka merenungi janji-janji Allah. Tafakur ini dapat menyalakan atau menambah semangat beramal saleh di hati seseorang.

Keempat, tafakur dalam rangka merenungi peringatan Allah. Tafakur ini dapat melahirkan rasa takut di hati seseorang kepada (siksa)-Nya.

Kelima, tafakur dalam rangka merenungi kelalaian diri dalam menjalankan perintah-Nya. Tafakur ini dapat menumbuhkan rasa malu di hati seseorang.

Akhir kata, semoga wabah virus covid-19 ini segera berakhir dan menjadi pelajaran bagi kita semua untuk lebih dekat kepada Rabb yang telah menciptakan virus tersebut. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement