Selasa 10 Mar 2020 06:16 WIB

KH Zaini, Santri Mbah Hasyim Paling Ikhlas Menuntut Ilmu

KH. Hasyim Asy’ari memberikan julukan khusus kepadanya sebagai Zaini al-Khalisi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Fakhruddin
KH Zaini Mun
Foto: Nahdlatululama.id
KH Zaini Mun

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- KH. Zaini Mun’im merupakan salah satu ulama nusantara yang bersahaja. Meskipun lahir dari kalangan ulama dan bangsawan, beliau sangat merakyat. Banyak hal yang perlu diteladani dari sosok pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo ini.

Salah satunya terkait dengan kejujuran, ketekunan dan keikhlasan Kiai Zaini dalam menuntut ilmu. Karena itu, KH. Hasyim Asy’ari memberikan julukan khusus kepada santrinya tersebut sebagai Zaini al-Khalisi, yang berarti Zaini yang ikhlas.

Selain keikhlasannya dalam mencari ilmu, umat Islam yang hidup di era modern ini juga patut meneladani kesederhaannya. Hal ini lah yang terapkan kepada putra-putri beliau. Dari segi berpakaian misalnya, Kiai Zaini selalu membelikan dari bahan yang wajar sebagaimana layaknya orang kebanyakan, sehingga anak-anaknya bisa hidup sederhana.

Kiai Zaini juga dikenal sebagai ulama yang memuliakan dan menghormati orang lain. Sementara, dalam menghadapi  berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat, beliau sangat terkenal dengan sikap yang longgar dan sangat berhati-hati.

Dikutip dari lama resmi Pondok Pesantren Nurul Jadid, sebagi juru pendakwah Kiai Zaini menerapkan dua model dakwah, yaitu dakwah bi lisani al-hal dan dakwah bi lisani al maqal. Namun, dalam aplikasinya, Kiai Zaini tampak lebih mendahulukan dakwah bi lisani al-hal daripada dakwah bi lisani al maqal.

Dalam berdakwah, Kiai Zaini tidak mengenal usia. Bahkan, tiga hari sebelum meninggal dunia, Kiai Zaini masih sempat berdakwah di Desa Bula Jaran, Kecamatan Gending, Probolinggo. Namun, di pertengahan pidatonya tiba-tiba kondisi kesehatannya menurun, sehingga beliau terpaksa meninggalkan pengajian itu sebelum acara selesai.

Setelah sampai di rumah, ternyata Kiai Zaini terserang penyakit darah tinggi hingga tak sadarkan diri, sehingga beliau dilarikan ke Rumah Sakit Islam Surabaya. Pada 26 Juli 1976, akhirnya beliau dipanggil oleh Allah, tepatnya pada pukul 04.00 WIB.

Kiai Zaini lahir di Desa Galis, Pamekasan, Madura pada 1906 sebagai putra pertama dari pasangan KH. Abdul Mun’im dan Ny. Hj. Hamidahini. Selama hidupnya, Kiai Zaini juga sempat menulis beberapa karya, diantaranya kitab Taysir al Ushul fi Ilmi al Ushul, Tafsir Alquran bi Al Imla’, Nazhmu Syu’ab al Iman, dan Nazmu Safinah an Najah . Kitab-kitab karangan beliau tersebut masih tersimpan di Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement