Rabu 04 Mar 2020 10:10 WIB

Mengenal Tuanku H Ismail Banda, Pendiri Al Washliyah (1)

Tuanku H Ismail Banda merupakan salah seorang pendiri Al Washliyah

Tuanku H Ismail Banda, pendiri Al Washliyah. Foto: Logo Al Washliyah
Foto: Istimewa
Tuanku H Ismail Banda, pendiri Al Washliyah. Foto: Logo Al Washliyah

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN --  Di era kolonial, penjajah Belanda begitu gencar menerapkan politik adu domba untuk memecah belah persatuan di kalangan umat Islam. Penjajah Belanda memanfaatkan perbedaan pandangan di kalangan umat Islam, terutama terkait dalam hal ibadah dan cabang dari agama (furu’iyah) untuk menghancurkan ukhuwah Islamiyah.

Penjajah Belanda tak mau melihat umat Islam bersatu. Sebab, persatuan di kalangan umat Islam adalah ancaman bagi mereka. Strategi adu domba itu pun berhasil. Kala itu, umat Islam terbagi menjadi dua kelompok yang disebut dengan kaum tua dan kaum muda. Perseteruan antara kedua kubu itu pun semakin memanas dan meruncing.

Baca Juga

Perseteruan antara kaum tua dan muda itu terjadi di kalangan umat Islam di Kota Medan, Sumatra Utara. Kondisi yang memprihatinkan itu membetot perhatian dari para pelajar yang menimba ilmu di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT), Medan. Mereka tergerak untuk mempersatukan kembali umat yang terpecah belah itu.

Para siswa MIT itu kerap membahas dan mendiskusikan masalah perpecahan itu dalam forum Debating Club (Perkumpulan Debat). Diskusi mencapai puncaknya pada Oktober 1930. Pada awal Oktober diadakanlah sebuah pertemuan di kediaman Yusuf Ahmad Lubis, yang bertempat di Jalan Glugur, Kota Medan.

Pada pertemuan yang dipimpin Abdurrahman Syihab itu, hadir sejumlah pelajar seperti Yusuf Ahmad Lubis, Adnan Nur, M Isa, dan beberapa pelajar lainnya. Para pelajar bersepakat untuk memperbesar perkumpulan yang mereka miliki yaitu Debating Club.

Dalam pertemuan yang bertempat di rumah Abdurrahman Syihab, hadir Ismail Banda, Yusuf Ahmad Lubis, Adnan Nur, Abdul Wahab, dan M Isa. Mereka sepakat untuk mengundang alim ulama, tuan-tuan guru, dan para pelajar lainnya pada pertemuan yang lebih besar.

Pertemuan itu digelar pada 26 Oktober 1930 di Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) Medan. Dalam pertemuan itu, hadir para ulama, guru-guru, pelajar, dan pemimpin Islam di Kota Medan dan sekitarnya. Seluruh peserta pun bersepakat untuk membentuk perkumpulan yang bertujuan memajukan, mementingkan, dan menambah tersyiarnya agama Islam.

Ismail Banda tampil sebagai pemimpin pertemuan itu. Ia bersama M Arsyad Thalib dan H Syamsudin menjelaskan kepada seluruh peserta pertemuan tentang bentuk organisasi yang hendak didirikan.

Sebulan kemudian, tepatnya pada 30 November 1930/9 Rajab 1349 H berdirilah organisasi yang dicita-citakan para pelajar MIT Medan itu. Organisasi itu bernama al-Jam’iyatul Washliyah biasa disebutan al-Washliyah. Untuk pertama kalinya, ormas Islam yang lahir di Medan itu dipimpin oleh Tuanku H Ismail Banda.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement