Jumat 28 Feb 2020 23:17 WIB

Mantan Teroris: Sikap Intoleran Bisa Mengarah ke Aksi Teror

Sikap toleran di Indonesia harus diwaspadai agar tak menuju teror.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Mantan teroris Ali Imron menyatakan sikap toleran di Indonesia harus diwaspadai agar tak menuju teror.
Foto: Republika/ Wihdan
Mantan teroris Ali Imron menyatakan sikap toleran di Indonesia harus diwaspadai agar tak menuju teror.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mantan terpidana Bom Bali 2002, Ali Imron merasa prihatin dengan maraknya sikap intoleransi dan anti keberagaman di Indonesia. Karena, menurut dia, sikap tersebut bisa meningkat menjadi radikal bahkan sampai melakukan aksi terorisme. 

"Intoleransi di Indonesia dan anti keberagamaan saya lijat dari mata sebagai mantan teroris memprihatinkan," ujar Imron usai menjadi pembicara dalam talkshow Peci dan Kopi yang mengangkat "Intoleransi dan Tantangan Kebhinnekaan" di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (28/2).  

Baca Juga

Padahal, menurut dia, Islam tidak pernah mengajarkan untuk tidak toleran terhadap umat agama lain. Justru, Islam selalu mengajarkan akan pentingnya toleransi dan menghargai keberagaman.  

"Dengan adanya intoleransi dan anti keberagaman orang itu mudah untuk nanti tingkat radikal yang paling tinggi menjadi teroris, ini yang perlu kita cegah," ucapnya.

Karena itu, dia mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk memahami ajaran Islam dengan benar, sehingga dapat mengurangi sikap intoleransi dan anti keberagaman tersebut.  

"Cara saya pribadi untuk membuat umat ini, atau khususnya di Indonesia ini supaya intoleransi berkurang atau toleransi meningkat, perlu kita ajak kembali untuk memahami bagaimana Islam, bagaimana zaman Rasulullah dan para sahabat," katanya.   

"Betul waktu itu memang ada perang, ada jihad, tapi toleransi juga ada, bukan tidak ada," imbuhnya.

Dalam acara talkshow tersebut, Ali Imron dimoderatori mantan wartawan Republika, Ahmad Rozali. Saat menjadi pembicara, Imron diberi kesempatan untuk mengungkap penyebab seseorang menjadi teroris, sehingga masyarakat Indonesia tidak tejebak dalam jaringan terorisme.  

Selain menghadirkan Ali Imron, talkshow Peci dan Kopi itu juga menghadirkan Wasekjen PBNU Masduki Baidlowi, Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia, M Najih Arromadhoni, peneliti senior Wahid Foundation Alamsyah M Djafar, dan pengamat gerakan terorisme Gus Aziz Wahid. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement