REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Ini adalah sejenis tempat belajar yang mula-mula lahir di dunia Islam, pada awalnya berfungsi sebagai tempat memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak-anak.
Kuttab sebenarnya telah ada di negeri Arab sebelum datangnya agama Islam, tetapi belum begitu dikenal. Di antara penduduk Makkah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab di tempat ini adalah Sufyan bin Umayyah bin Abdul Syams dan Abu Qais bin Abdul Manaf bin zuhrah bin Kilab. Keduanya belajar dari Bisyr bin Abdul Malik yang memelajarinya dari Hirah. Kuttab dalam bentuk awalnya hanya berupa ruangan di rumah seorang guru.
Saat agama Islam datang, orang-orang Islam yang baru pandai menulis dan membaca, hampir semuanya dipekerjakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai penulis wahyu. Dengan demikian, yang banyak mengajar menulis dan membaca di kuttab adalah kaum Zimmi. Hal ini semakin menyebar terutama sekali setelah terjadi Perang Badr.
Ketika Islam semakin meluas, orang yang pandai menulis dan membaca semakin banyak. Suatu hal yang terasa amat penting diajarkan di kalangan anak-anak kaum Muslimin adalah Alquran. Dengan demikian, mata pelajaran di kuttab pun bertambah dengan pelajaran membaca Alquran.
Lambat laun, jumlah siswa di kuttab semakin banyak, sehingga membutuhkan satu tempat baru yang bisa menampung seluruh siswa. Maka, tempat yang dipilih ialah di sudut-sudut masjid atau bilik-bilik yang berhubungan dengan masjid.
Selain dari kuttab yang diadakan di dalam masjid, terdapat pula kuttab umum dalam bentuk madrasah yang memiliki gedung sendiri dan mampu menampung ribuan murid. Kuttab jenis ini mulai berkembang karena adanya pengajaran yang khusus bagi anak-anak keluarga raja, pembesar, dan pagawai istana yang diasuh seorang mu'addib (pendidik).
Pendidik yang mulai mengembangkan bentuk pengajaran khusus itu ke arah pembentukan kuttab umum, menurut Ahmad Syalabi (penyusun Ensiklopedi Sejarah Islam), ialah Hajjaj bin Yusuf as-Saqafi.
Bila pada awalnya di kuttab hanya diajarkan menulis dan membaca huruf Arab serta membaca Alquran, maka ketika kuttab itu bertambah, dikembangkan pula kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pada abad ke-2 Hijriyah, ketika kuttab telah meluas ke negeri-negeri Muslim, kurikulumnya ditekankan pada pengajaran serta kajian Alquran maupun hadis yang menyangkut keimanan dan akhlak, di samping diajarkan menulis dan membaca dasar-dasar bahasa Arab.
Sumber: Ensiklopedi Islam terbitan PT Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta.