Kamis 20 Feb 2020 19:03 WIB

Perkembangan Kaligrafi Turki Utsmani (3)

Pengembangan kaligrafi Turki Utsmani didukung pula oleh pemerintah yang berkuasa.

Perkembangan Kaligrafi Turki Utsmani. Foto: Dua santri mengaji di salah satu sudut masjid yang mempunyai interior unik di Masjid Al Hidayah, Karangploso, Malang, Jawa Timur, Sabtu (19/5). Masjid yang terletak di jalur wisata Malang-Batu tersebut sengaja dibangun dengan meniru ornamen kaligrafi di kubah masjid Hagia Sophia di Istanbul Turki.
Foto: Ari Bowo Sucipto/Antara
Perkembangan Kaligrafi Turki Utsmani. Foto: Dua santri mengaji di salah satu sudut masjid yang mempunyai interior unik di Masjid Al Hidayah, Karangploso, Malang, Jawa Timur, Sabtu (19/5). Masjid yang terletak di jalur wisata Malang-Batu tersebut sengaja dibangun dengan meniru ornamen kaligrafi di kubah masjid Hagia Sophia di Istanbul Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, TURKI -- Kaligrafi sebagai seni Islam sering dikombinasikan dengan bentuk tumbuhan dan geometris. Ini merupakan alternatif penggabungan kaligrafi dengan gambar binatang. Sebab, orang Islam tak boleh menggambarkan binatang.

Banyak kaligrafi dalam bentuk bunga dengan kelopak-kelopaknya yang sangat indah. Penggabungan seni kaligrafi dengan bentuk tumbuhan banyak ditemukan di masjid, bangunan publik, buku-buku, maupun sampul mushaf Alquran.

Baca Juga

Bahkan, gabungan seni kaligrafi dengan bentuk tumbuhan itu masih berkembang hingga sekarang. Demikian pula, dengan bentuk geometris. Bentuk ini sangat populer sebagai alternatif larangan menggambar makhluk hidup seperti binatang dan manusia.

Bentuk geometris sendiri terdiri atas jalinan pola-pola geometris poligon, lingkaran, garis-garis yang saling bertautan. Sejumlah pakar menyatakan untuk menerapkan bentuk geometris ini dibutuhkan pula pengetahuan tentang ilmu geometri.

Dalam Ensiklopedi Nurcholish Madjid, menyebutkan pula mengenai penggabungan kaligrafi dengan tema-tema ekspresi keindahan alam yang mempermainkan segitiga, segi empat, dan sebagainya. Di Masjidil Haram, banyak bentuk bersegi delapan. Ini merupakan contoh arabesk.

Disebut arabesk karena itu merupakan khas Arab yang tidak ada bangsa lain. Namun sebetulnya, juga khas Islam karena dianggap demikian oleh semua bangsa Islam, kecuali Indonesia. Mulai dari Dakka, Bangladesh, hingga Al-Hamra, Granada didominasi arabesk dan kaligrafi.

Kaligrafi dan arabesk itu kemudian ikut memberi ciri medium ekspresi seni Islam yang lain, yaitu arsitektur. Dapat dicatat bahwa warisan arsitektur umat manusia yang paling indah adalah bangunan-bangunan Islam, seperti Taj Mahal di Agra, India.

Juga, ada Masjid Umar atau Kubah Batu di Yerusalem, Palestina. Dalam buku enskiklopedi itu juga diungkapkan bahwa kaligrafi juga kemudian dikenal dan populer di Indonesia. Namun, di tangan para pelukis seperti Amri Yahya, seni itu tak mengikuti standar dunia Islam.

Seperti bentuk-bentuk Naskhi, Kufi, maupun Farisi. Mungkin suatu saat jika mengalami pertumbuhan yang mantap dengan tetap berpijak pada ciri khasnya sendiri, bisa saja kaligrafi di Indonesia yang banyak diwarnai seni lukis Barat, menjadi sumbangan tersendiri bagi dunia Islam.

Namun selama ini, karena kaligrafi di Indonesia memiliki gaya yang agak menyimpang dari standar, cukup sulit dihargai di negeri Islam yang lain, khususnya di Timur Tengah.     

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement