Selasa 04 Feb 2020 08:34 WIB

Kisah di Balik Rencana Pembunuhan Nabi Muhammad oleh Quraisy

Rencana pembunuhan Nabi Muhammad oleh kafir Quraisy menemui kegagalan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Kisah di Balik Rencana Pembunuhan Nabi Muhammad oleh Quraisy. Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: republika
Kisah di Balik Rencana Pembunuhan Nabi Muhammad oleh Quraisy. Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang hijrah, situasi di Kota Makkah kala itu sangatlah genting bagi kaum Muslim. Rencana kaum Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad SAW pun dimatangkan sedemikian rupa sebelum akhirnya Allah melalui malaikat Jibril memberitahukan hal itu kepada Rasulullah SAW.

Di tengah kondisi genting di Makkah, Rasulullah meminta para sahabatnya berangsur-angsur hijrah ke Madinah menyusul adanya tindakan kekerasan, penganiayaan, dan pembunuhan terhadap umat Muslim Makkah. Sedangkan yang masih tetap tinggal di Makkah hanyalah Rasulullah, Sayyidina Abu Bakar, dan Sayyidina Ali yang mana ketiganya benar-benar berada dalam bahaya besar.

Dalam buku Ali bin Abi Thalib karya Ali Audah disebutkan, para tokoh Quraisy telah mengadakan pertemuan di Daar an-Nadwa untuk mengatur strategi mencegah Rasulullah keluar dari Makkah. Mereka mencari jalan untuk menangkap dan memenjarakannya, membunuhnya, atau mengasingkannya ke luar Tanah Air.

Dengan berbagai pertimbangan yang ada, cara-cara tersebut memiliki konsekuensi bagi komunitas mereka. Akhirnya dalam pertemuan itu mereka menyepakati usulan yang diberikan Abu Jahal. Adapun usulannya adalah mengumpulkan para pemuda dari berbagai kabilah dan melengkapi mereka dengan pedang.

Pemuda-pemuda tersebut diperintahkan untuk menyerang Nabi Muhammad SAW dan membunuhnya secara beramai-ramai. Darahnya disebarkan ke semua kabilah, dengan demikian Bani Hasyim (klan garis leluhur Rasulullah) tak akan dapat menuntut balas kepada semua kabilah.

Maka sesuai dengan rencana Abu Jahal, para pemuda itu pun disiapkan untuk membunuh beliau pada malam hari setelah mengepung rumahnya. Pengepungan dilakukan pada malam hari karena dikhawatirkan Rasulullah akan lari.

Namun, sebelum rencana itu berlangsung, Allah melalui malaikat Jibril datang kepada Nabi dan memberitahukan hal yang harus dilakukannya. Pada tengah hari sebelum malam tiba, saat tidak biasanya orang berkunjung, Rasulullah SAW pergi ke rumah Abu Bakar.

Melihat kedatangan Rasul yang begitu tidak biasa, Abu Bakar sudah menangkap maksud kedatangan itu terkait hal yang sangat penting. Seperti diketahui, Rasulullah memang merahasiakan hijrahnya sehingga tak ada satu orang pun yang tahu.

photo
Sudut Kota Madinah.

Abu Bakar sendiri juga pernah meminta izin kepada Rasulullah untuk melakukan hijrah, namun Rasul memintanya menangguhkannya terlebih dahulu. Sehingga dalam pertemuan darurat itu, Nabi memberitahukan kepadanya Allah mengizinkan dirinya meninggalkan Makkah untuk berhijrah. Abu Bakar pun semringah seraya berkata: “Bersama saya?”. Dan Rasul pun membenarkannya.

Aisyah yang kala itu baru berusia tujuh tahun menyaksikan ayahnya seketika menangis karena gembira. Selanjutnya di saat-saat yang menegangkan, Rasulullah kembali pulang ke rumahnya dan mengamanatkan beberapa hal kepada Ali bin Abi Thalib.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement